OTOMOTIFNET - Seiring makin banyaknya pengguna Honda Blade di arena balap, kian banyak pula komponen racing yang beredar. Salah satunya per klep. Cukup banyak merek yang menyediakan, di antaranya ada Per Klep Jepang, WRD, 3D1 dan Per XX.
Penggunaan per klep racing di arena balap memang sangat diperlukan. “Untuk mencegah terjadinya floating,” terang Erwin Akiang, mekanik tim Honda Aries Putra. Kalau floating, risiko paling buruk klep bertabrakan dengan piston, patah deh.
Pengukuran tekanan menggunakan alat khusus merek Imada |
Hal ini dikarenakan mesin balap bisa berkitir tinggi. Jika tetap pakai per standar, dipastikan saat putaran tinggi klep tak menutup sesuai timing noken as, karena terlambat menutup lantaran per keburu lemas.
Makanya per-per ini kurang cocok untuk mesin standar. “Malah enggak lari, karena tenaga malah habis untuk menekan per,” wanti Akiang, sapaan mekanik yang bermarkas di Ciputat, Tangerang ini. Kerugian lain menurutnya, seating dan ujung batang klep akan mudah aus.
Nah gimana performa per-per aftermarket di atas? Untuk mengetahuinya kami menguji langsung. Parameter yang diukur ada dua, yaitu daya tekan dan daya tahan.
Daya tekan berhubungan dengan kekuatan per menekan klep, untuk kembali ke posisi semula. Sedang daya tahan pasti berhubungan sama keawetan. Jika punya daya tahan tinggi tak perlu sering-sering ganti. Juga saat balap dari awal sampai bendera finish dikibarkan, performa mesin stabil.
Untuk mengetahui daya tekan, kami gunakan alat pengukur tegangan klep, mereknya Imada dengan satuan Kgf. Pengukuran dengan mengepres per hingga menyisakan panjang mirip saat terpasang di motor ketika ditekan kem.
Kali ini ditekan hingga sisa 18,6 mm. Karena saat per terpasang, panjangnya jadi 25,7 mm, nah diasumsikan pakai kem dengan lift 7,1 mm maka sisanya 18,6 mm. Oh iya, jika dibalap lift-nya bisa lebih dari itu. Per standar tekanannya 30,5 Kgf.
Sedang daya tahan dites dengan dipres pakai tanggem. Sesuai saran Akiang, juga dari Edi Karyadi, pemilik merek 3D1, “Daya tahan paling gampang ya dicatok pakai tanggem.” Kali ini dilakukan selama 2 jam. Sebenarnya lebih afdol jika terpasang langsung di motor, karena ada efek panas mesin juga. Nah ini kita agendakan untuk edisi yang akan datang.
Tekanan diukur dengan kondisi mirip di dalam mesin saat lift maksimal. Biar presisi, pengukuran fisik per pakai sigmat digital
Namun sebelum diukur kedua hal itu, juga dicek kondisi fisiknya. Yaitu dari panjang per, diameter batang per, juga banyaknya ulir.
Ketiga hal itu berhubungan sama performa per. Makin panjang dan makin besar ulir per, maka daya tekan makin besar. Sedang jumlah ulir berhubungan dengan daya tekan maksimal, makin banyak maka kian pendek jarak mainnya. Data fisik silakan amati tabel.
Per Klep Jepang
Per Klep Jepang |
Termasuk favorit di balap. Lantaran terkenal kuat dan tahan lama. Awalnya merupakan hasil riset mekanik Suzuki, Akutagawa San. Makanya jika dipasang di Blade, topi klep mesti dibubut atau pakai punya Smash.
Per yang dijajakan berkisar Rp 450-650 ribu ini, saat dipress pakai alat hingga sisa 18,6 mm mampu memberi tekanan hingga 48,5 Kgf. Sedang setelah dipres panjangnya tetap 30,5 mm.
WRD
WRD |
Paling jelas diameter ulir sama dengan per standar, 6,25. Makanya lift maksimal terbatas. Terbukti saat diukur daya tekannya, antar ulir hampir mentok. Diameter dalam juga lebih kecil dari standar, maka harus ada ubahan di topi klep.
Harganya cukup terjangkau, hanya Rp 90 ribu. Daya tekan tercatat 43 Kgf. Dan setelah dipres panjangnya berkurang 0,07 mm.
3D1
3D1 |
Menurut Edi, produknya ini sengaja untuk menyaingi per klep Jepang. Keunggulan yang ditawarkan mampu melayani lift klep hingga 12 mm, karena jumlah ulir yang lebih sedikit dan diameter lebih kecil. Dijajakan Rp 350 ribu. Daya tekan termasuk bagus, mencapai 40 Kgf dengan sisa jarak main masih banyak. Namun setelah ditekan selama dua jam terjadi penurunan 0,32 mm.
Per XX
XX |
Pendatang baru yang juga untuk menandingi per klep Jepang, klaimnya juga diriset di negeri Matahari Terbit. Untuk menemukannya masih sulit, lantaran memang baru akan diedarkan oleh R59, yang punya workshop di Ciputat, Tangerang.
Pressure yang mampu diberikan saat diukur mencapai 46,25 Kgf. Sisa main per pun masih banyak. Untuk daya tahan ada penurunan 0,06 mm.
KESIMPULAN Per klep aftermarket punya daya tekan dan daya tahan yang jauh lebih besar dari standarnya, hal ini untuk mengimbangi mesin balap yang mampu berkitir tinggi. Namun untuk lebih meyakinkan mesti diuji pada motor secara langsung. Nah tunggu saja kelanjutan tes ini.
Data Fisik Per |
| Panjang | Ulir | Tekanan | Ulir | Setelah Diproses |
Standar | 30.25 mm | 2.8 mm | 30.5 Kgf | 6.25 | 30.24 mm |
Jepang | 30.5 mm | 3.1 mm | 48.5 Kgf | 6.25 | 30.5 mm |
WRD | 32.38 mm | 2.91 mm | 43 Kgf | 6.25 | 32.31 mm |
3D1 | 31.5 mm | 2.88 mm | 40 Kgf | 5 | 31.18 mm |
XX | 30.44 mm | 3 mm | 46.25 Kgf | 5 | 30.38 mm |
Source:http://motorplus.otomotifnet.com/read/2010/12/08/314152/105/13/Komparasi_Per_Klep_Honda_Blade__Aftermarket_Lebih_Kuat__