Koil Racing KTC

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhihU0idJlpxW9VeovyYcRKJJshsTDAVvqn_6uso4HHAUd2EBCgyFtA55QTF1ZJtbla5JgRP2toS2QZvvnM3dWfk3d2p6bSoLt5r0uaMcCvUzVeVPy-anoWcMn7IZp2u9eI7cJIHfpIKWk/s1600/Koil+KTC+(1).JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhihU0idJlpxW9VeovyYcRKJJshsTDAVvqn_6uso4HHAUd2EBCgyFtA55QTF1ZJtbla5JgRP2toS2QZvvnM3dWfk3d2p6bSoLt5r0uaMcCvUzVeVPy-anoWcMn7IZp2u9eI7cJIHfpIKWk/s320/Koil+KTC+(1).JPG" width="320" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLyaeQUXJnPoR-EK9-3JhjHKK4N2dA3xm5hFErjzey9mEFwLsLYilTs_DtsEqVsIyUfL047jy9eUpJa4XhpYI8kiYMTTk7PKUBedcLmXWVPXTOD3xhR2FGgE1gRVPlNUseizwmRSBaS3I/s1600/Koil+KTC+(3).JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLyaeQUXJnPoR-EK9-3JhjHKK4N2dA3xm5hFErjzey9mEFwLsLYilTs_DtsEqVsIyUfL047jy9eUpJa4XhpYI8kiYMTTk7PKUBedcLmXWVPXTOD3xhR2FGgE1gRVPlNUseizwmRSBaS3I/s320/Koil+KTC+(3).JPG" width="320" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioNa8a6hPadOzoqF9D_NXg8R0c6DTnLJlBu06fnbXkX4GoCj1QRaotQ1Brc3jaENmtuP-THghnmEoWNopKpF6g9CozLou2adNXgJQvS7D4LLePIJbNWvXCKRX-OKwY0DkawGjM4P4tdx4/s1600/Koil+KTC+(2).JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioNa8a6hPadOzoqF9D_NXg8R0c6DTnLJlBu06fnbXkX4GoCj1QRaotQ1Brc3jaENmtuP-THghnmEoWNopKpF6g9CozLou2adNXgJQvS7D4LLePIJbNWvXCKRX-OKwY0DkawGjM4P4tdx4/s320/Koil+KTC+(2).JPG" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;">Kalau Berbicara soal Koil KTC kayanya Semua orang setuju ...Ini bukan Produk Baru ....mungkin saya mengenal Koil KTC dari 15 tahun yang lalu......Hanya Sedikit lho Koil Yang Bisa Bertahan Di pasaran sekian lama ...Alasannya ...Koil KTC ini mempunyai Kualitas yang bagus, Performance juga Ok, dan harga yang Murah jika dibandingkan dengan Koil Racing lain yang mempunyai Kemampuan setingkat.....Prestasi Terakhir yang di catatkan di salah satu Media Cetak menduduki Peringkat ketiga Setelah Koil YZ original Japan dan Koil YZ Taiwan ...Cukup Berprestasi untuk Koil KTC .....Tidak Heran banyak sekali peminat nya ....untuk pemakaian harian untuk upgrade motor motor standaran, sampai pemakaian di motor balap pun masih ada.....Jaman Kita balap di 2003-2006 Koil KTC ini yang kita pakai untuk memperkuat motor Honda Supra kita.....Jadi Tidak Usah ragu kalau untuk Koil KTC .....Salah Satu Best Seller Kita sampai saat ini ....karena Secara Nilai Koil KTC ini sangat tinggi kalau mengingat Kualitas tinggi dengan Harga Murah....[Variasi 53]</div>

Aksesoris motor CLD DBS Jet Up Kawahara. Keihin Thailand Koil Racing KTC KOSO KTC LHK Racing Part Motor SPS Variasi 53 Variasi Motor Koil Racing KTC

Kalau Berbicara soal Koil KTC kayanya Semua orang setuju ...Ini bukan Produk Baru ....mungkin saya mengenal Koil KTC dari 15 tahun yang lalu...

Baca Selengkapnya »

Pasang Koil Dan CDI Racing Sendiri (D.I.Y)

<b>Sampeyan ingin pasang CDI plus koil racing? :D</b><br /><b><a href="http://situs-ototrend.blogspot.com/2013/02/pasang-koil-dan-cdi-racing-sendiri-diy.html">CDI Racing</a></b> di pasaran ada merek BRT, TDR, Rextor, Daytona, Kitaco, Cheetah Power, Varro dan Andrion yang harganya berkisar Rp 350 ribu hingga di atas 1 juta. Sedang koil racing pilihannya ada TDR, YZ, Kitaco, R-9, Andrion, Blue Thunder dan masih banyak lagi. Banderol harganya dari Rp 100 ribu - Rp 500 ribuan.<br /><br />Nggak usah 'galau' piye cara masangnya. Dijamin pean bisa dilakukan sendiri kok.<br />Namun biar nggak salah pasang (fatal) monggo, simak trik-triknya berikut ini.<br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhV9ZqW8SNN5enN9uz7guUQD_CGM7f2YBM7oC8WnnjIc4WiS-bmTJhnzExLPbFQjKQGCOqGZC8BA1WVjMMUJhO1DVE82XbwxCvVxRRrJiJXUIe4ukoFKNHk9IG_ire2SskeGOgRegALJFPM/s1600/Cara+Pasang+Koil+Dan+CDI+Racing.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhV9ZqW8SNN5enN9uz7guUQD_CGM7f2YBM7oC8WnnjIc4WiS-bmTJhnzExLPbFQjKQGCOqGZC8BA1WVjMMUJhO1DVE82XbwxCvVxRRrJiJXUIe4ukoFKNHk9IG_ire2SskeGOgRegALJFPM/s1600/Cara+Pasang+Koil+Dan+CDI+Racing.jpg" /></a></div><b>CDI Racing, </b><br />Oh ya, CDI BRT Dualband yang di pasaran bisa ditebus seharga Rp 600 ribu. Sebelumnya siapkan obeng kembang untuk membuka semua baut pengunci bodi.<br /><br />Bila bodi sudah terbuka, maka posisi CDI akan jelas terlihat (gbr.1), yakni berada di sisi sebelah kiri. <b>Memang sedikit malu alias ngumpet</b>, karena letaknya agak ke dalam demi menjaga keamanan dari tangan jail yang mau mencuri. :D<br /><br />Karena posisi yang agak ke dalam serta ada karet pegangan CDI-nya, kita harus meraba dan mengangkat ke atas (gbr.2) agar lepas dari pegangannya. Selanjutnya tinggal copot soket yang menyambung pada CDI itu. Cukup tarik pakai tangan dengan sedikit tenaga<br /><br />Lalu lepas konektor kabelnya, pasang deh CDI racing yang dikehendaki. <b>"Eits, tapi tunggu dulu!"</b> Karena bentuk CDI Racing rata-rata lebih besar dari standar, jadi pemasangannya harus menggunakan cable-ties yang dililitkan pada CDI ke rangka (gbr.3) yang ada disekitarnya,<br /><br /><b>Koil Racing, </b><br />Pasang CDI sudah, kini beralih <b><a href="http://situs-ototrend.blogspot.com/2013/02/pasang-koil-dan-cdi-racing-sendiri-diy.html">pasang koil</a></b>. Cara pasangnya gampang, soalnya posisinya ada di dekat karburator. Cuma modal obeng kembang dan gunting,<br /><br />Langkah awal, buka seluruh sayap depan dan cover tengah pakai obeng plus. Dari sisi kiri motor, koil akan kelihatan nempel pada rangka, dekat dengan karburator. <b>Untuk motor Honda, posisinya di sebelah kanan rangka. Tapi tak jauh juga dari karburator :D</b><br /><br />Selanjutnya lepas konektor kabel positif koil warna biru putih, cukup ditarik pakai <strike>derek</strike> tangan (gbr.4). Lalu dilanjut lepas 2 baut pengikat koil pakai obeng kembang.  <b>Kalau motor Yamaha, melepas bautnya mesti pakai kunci pas/ring-10 :)</b><br /><br />Kelar lepas baut tersebut, copot cop busi dari kabelnya dengan cara cukup memutarnya berlawanan arah jarum jam (gbr.5). Pasalnya di dalam cop busi terdapat ulirnya. <b>Kalau asal dicabut tanpa diputar, akan sangat keras dan bisa merusak serat kabel koil :( </b><br /><br />Terakhir, tinggal pasang koil racing dengan cara kebalikan saat melepasnya. Perlu diprhatiin, kalau kabel busi terlalu panjang, sebaiknya <strike>disunat</strike> dipotong pakai gunting (gbr.6) <b>Kalau tidak dipotong, hasil pengapiannya akan kurang maksimal :D</b><br /><br />Piye Bro, gampang toh? Cukup pakai obeng kembang bisa pasang CDI dan koil racing. Ayeeeeeee.. :D<br /><br />Sent from <br /><b>My Android v4.2</b> supported by <b><u>Wifi </u></b>gratis, Online Teruuusss.

Bengkel Racing Spare Part Tips Pasang Koil Dan CDI Racing Sendiri (D.I.Y)

Sampeyan ingin pasang CDI plus koil racing? :D CDI Racing di pasaran ada merek BRT, TDR, Rextor, Daytona, Kitaco, Cheetah Power, Varro dan ...

Baca Selengkapnya »

Pasang Koil Dan CDI Racing Sendiri (D.I.Y)

<b>Sampeyan ingin pasang CDI plus koil racing? :D</b><br /><b><a href="http://situs-ototrend.blogspot.com/2013/02/pasang-koil-dan-cdi-racing-sendiri-diy.html">CDI Racing</a></b> di pasaran ada merek BRT, TDR, Rextor, Daytona, Kitaco, Cheetah Power, Varro dan Andrion yang harganya berkisar Rp 350 ribu hingga di atas 1 juta. Sedang koil racing pilihannya ada TDR, YZ, Kitaco, R-9, Andrion, Blue Thunder dan masih banyak lagi. Banderol harganya dari Rp 100 ribu - Rp 500 ribuan.<br /><br />Nggak usah 'galau' piye cara masangnya. Dijamin pean bisa dilakukan sendiri kok.<br />Namun biar nggak salah pasang (fatal) monggo, simak trik-triknya berikut ini.<br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhV9ZqW8SNN5enN9uz7guUQD_CGM7f2YBM7oC8WnnjIc4WiS-bmTJhnzExLPbFQjKQGCOqGZC8BA1WVjMMUJhO1DVE82XbwxCvVxRRrJiJXUIe4ukoFKNHk9IG_ire2SskeGOgRegALJFPM/s1600/Cara+Pasang+Koil+Dan+CDI+Racing.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhV9ZqW8SNN5enN9uz7guUQD_CGM7f2YBM7oC8WnnjIc4WiS-bmTJhnzExLPbFQjKQGCOqGZC8BA1WVjMMUJhO1DVE82XbwxCvVxRRrJiJXUIe4ukoFKNHk9IG_ire2SskeGOgRegALJFPM/s1600/Cara+Pasang+Koil+Dan+CDI+Racing.jpg" /></a></div><b>CDI Racing, </b><br />Oh ya, CDI BRT Dualband yang di pasaran bisa ditebus seharga Rp 600 ribu. Sebelumnya siapkan obeng kembang untuk membuka semua baut pengunci bodi.<br /><br />Bila bodi sudah terbuka, maka posisi CDI akan jelas terlihat (gbr.1), yakni berada di sisi sebelah kiri. <b>Memang sedikit malu alias ngumpet</b>, karena letaknya agak ke dalam demi menjaga keamanan dari tangan jail yang mau mencuri. :D<br /><br />Karena posisi yang agak ke dalam serta ada karet pegangan CDI-nya, kita harus meraba dan mengangkat ke atas (gbr.2) agar lepas dari pegangannya. Selanjutnya tinggal copot soket yang menyambung pada CDI itu. Cukup tarik pakai tangan dengan sedikit tenaga<br /><br />Lalu lepas konektor kabelnya, pasang deh CDI racing yang dikehendaki. <b>"Eits, tapi tunggu dulu!"</b> Karena bentuk CDI Racing rata-rata lebih besar dari standar, jadi pemasangannya harus menggunakan cable-ties yang dililitkan pada CDI ke rangka (gbr.3) yang ada disekitarnya,<br /><br /><b>Koil Racing, </b><br />Pasang CDI sudah, kini beralih <b><a href="http://situs-ototrend.blogspot.com/2013/02/pasang-koil-dan-cdi-racing-sendiri-diy.html">pasang koil</a></b>. Cara pasangnya gampang, soalnya posisinya ada di dekat karburator. Cuma modal obeng kembang dan gunting,<br /><br />Langkah awal, buka seluruh sayap depan dan cover tengah pakai obeng plus. Dari sisi kiri motor, koil akan kelihatan nempel pada rangka, dekat dengan karburator. <b>Untuk motor Honda, posisinya di sebelah kanan rangka. Tapi tak jauh juga dari karburator :D</b><br /><br />Selanjutnya lepas konektor kabel positif koil warna biru putih, cukup ditarik pakai <strike>derek</strike> tangan (gbr.4). Lalu dilanjut lepas 2 baut pengikat koil pakai obeng kembang.  <b>Kalau motor Yamaha, melepas bautnya mesti pakai kunci pas/ring-10 :)</b><br /><br />Kelar lepas baut tersebut, copot cop busi dari kabelnya dengan cara cukup memutarnya berlawanan arah jarum jam (gbr.5). Pasalnya di dalam cop busi terdapat ulirnya. <b>Kalau asal dicabut tanpa diputar, akan sangat keras dan bisa merusak serat kabel koil :( </b><br /><br />Terakhir, tinggal pasang koil racing dengan cara kebalikan saat melepasnya. Perlu diprhatiin, kalau kabel busi terlalu panjang, sebaiknya <strike>disunat</strike> dipotong pakai gunting (gbr.6) <b>Kalau tidak dipotong, hasil pengapiannya akan kurang maksimal :D</b><br /><br />Piye Bro, gampang toh? Cukup pakai obeng kembang bisa pasang CDI dan koil racing. Ayeeeeeee.. :D<br /><br />Sent from <br /><b>My Android v4.2</b> supported by <b><u>Wifi </u></b>gratis, Online Teruuusss.

Bengkel Racing Spare Part Tips Pasang Koil Dan CDI Racing Sendiri (D.I.Y)

Sampeyan ingin pasang CDI plus koil racing? :D CDI Racing di pasaran ada merek BRT, TDR, Rextor, Daytona, Kitaco, Cheetah Power, Varro dan ...

Baca Selengkapnya »

Pasang Koil Dan CDI Racing Sendiri (D.I.Y)

<b>Sampeyan ingin pasang CDI plus koil racing? :D</b><br /><b><a href="http://vega115cc.blogspot.com/2013/02/pasang-koil-dan-cdi-racing-sendiri-diy.html">CDI Racing</a></b> di pasaran ada merek BRT, TDR, Rextor, Daytona, Kitaco, Cheetah Power, Varro dan Andrion yang harganya berkisar Rp 350 ribu hingga di atas 1 juta. Sedang koil racing pilihannya ada TDR, YZ, Kitaco, R-9, Andrion, Blue Thunder dan masih banyak lagi. Banderol harganya dari Rp 100 ribu - Rp 500 ribuan.<br /><br />Nggak usah 'galau' piye cara masangnya. Dijamin pean bisa dilakukan sendiri kok.<br />Namun biar nggak salah pasang (fatal) monggo, simak trik-triknya berikut ini.<br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhV9ZqW8SNN5enN9uz7guUQD_CGM7f2YBM7oC8WnnjIc4WiS-bmTJhnzExLPbFQjKQGCOqGZC8BA1WVjMMUJhO1DVE82XbwxCvVxRRrJiJXUIe4ukoFKNHk9IG_ire2SskeGOgRegALJFPM/s1600/Cara+Pasang+Koil+Dan+CDI+Racing.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhV9ZqW8SNN5enN9uz7guUQD_CGM7f2YBM7oC8WnnjIc4WiS-bmTJhnzExLPbFQjKQGCOqGZC8BA1WVjMMUJhO1DVE82XbwxCvVxRRrJiJXUIe4ukoFKNHk9IG_ire2SskeGOgRegALJFPM/s1600/Cara+Pasang+Koil+Dan+CDI+Racing.jpg" /></a></div><b>CDI Racing, </b><br />Oh ya, CDI BRT Dualband yang di pasaran bisa ditebus seharga Rp 600 ribu. Sebelumnya siapkan obeng kembang untuk membuka semua baut pengunci bodi.<br /><br />Bila bodi sudah terbuka, maka posisi CDI akan jelas terlihat (gbr.1), yakni berada di sisi sebelah kiri. <b>Memang sedikit malu alias ngumpet</b>, karena letaknya agak ke dalam demi menjaga keamanan dari tangan jail yang mau mencuri. :D<br /><br />Karena posisi yang agak ke dalam serta ada karet pegangan CDI-nya, kita harus meraba dan mengangkat ke atas (gbr.2) agar lepas dari pegangannya. Selanjutnya tinggal copot soket yang menyambung pada CDI itu. Cukup tarik pakai tangan dengan sedikit tenaga<br /><br />Lalu lepas konektor kabelnya, pasang deh CDI racing yang dikehendaki. <b>"Eits, tapi tunggu dulu!"</b> Karena bentuk CDI Racing rata-rata lebih besar dari standar, jadi pemasangannya harus menggunakan cable-ties yang dililitkan pada CDI ke rangka (gbr.3) yang ada disekitarnya,<br /><br /><b>Koil Racing, </b><br />Pasang CDI sudah, kini beralih <b><a href="http://vega115cc.blogspot.com/2013/02/pasang-koil-dan-cdi-racing-sendiri-diy.html">pasang koil</a></b>. Cara pasangnya gampang, soalnya posisinya ada di dekat karburator. Cuma modal obeng kembang dan gunting,<br /><br />Langkah awal, buka seluruh sayap depan dan cover tengah pakai obeng plus. Dari sisi kiri motor, koil akan kelihatan nempel pada rangka, dekat dengan karburator. <b>Untuk motor Honda, posisinya di sebelah kanan rangka. Tapi tak jauh juga dari karburator :D</b><br /><br />Selanjutnya lepas konektor kabel positif koil warna biru putih, cukup ditarik pakai <strike>derek</strike> tangan (gbr.4). Lalu dilanjut lepas 2 baut pengikat koil pakai obeng kembang.  <b>Kalau motor Yamaha, melepas bautnya mesti pakai kunci pas/ring-10 :)</b><br /><br />Kelar lepas baut tersebut, copot cop busi dari kabelnya dengan cara cukup memutarnya berlawanan arah jarum jam (gbr.5). Pasalnya di dalam cop busi terdapat ulirnya. <b>Kalau asal dicabut tanpa diputar, akan sangat keras dan bisa merusak serat kabel koil :( </b><br /><br />Terakhir, tinggal pasang koil racing dengan cara kebalikan saat melepasnya. Perlu diprhatiin, kalau kabel busi terlalu panjang, sebaiknya <strike>disunat</strike> dipotong pakai gunting (gbr.6) <b>Kalau tidak dipotong, hasil pengapiannya akan kurang maksimal :D</b><br /><br />Piye Bro, gampang toh? Cukup pakai obeng kembang bisa pasang CDI dan koil racing. Ayeeeeeee.. :D<br /><br />Sent from <br /><b>My Android v4.2</b> supported by <b><u>Wifi </u></b>gratis, Online Teruuusss.

Bengkel Racing Spare Part Tips Pasang Koil Dan CDI Racing Sendiri (D.I.Y)

Sampeyan ingin pasang CDI plus koil racing? :D CDI Racing di pasaran ada merek BRT, TDR, Rextor, Daytona, Kitaco, Cheetah Power, Varro dan ...

Baca Selengkapnya »

Menaklukkan Kawasan Puncak dengan Honda CB150R

Kunci kontak <b><a href="http://situs-ototrend.blogspot.com/2013/02/menaklukkan-kawasan-puncak-dengan-honda.html">Honda CB150R</a></b> pun segera diposisikan ke 'on' dan instrumen panelnya yang didominasi sistem digital segera melakukan 'first check' untuk memastikan semua indikator berfungsi.<br /><br />Awalnya ada sedikit kecurigaan saat terasa ada getaran halus ketika mesin belum dihidupkan. Rupanya itu adalah efek dari pompa bahan bakar elektrik yang mengingatkan lagi kalau Honda CB150R telah menganut sistem pasokan bahan bakar model injection.<br /><br />Saat pertama kali menduduki sadel berkontur pas dengan bokong, posisi kaki cukup nyaman untuk duduk tegak. Cocok dengan karakternya yang didesain sebagai sepeda motor sport penjelajah perkotaan.<br /><br />Sayangnya posisi nyaman itu tidak didukung dengan posisi setang yang terasa jauh sehingga memaksa membungkuk dengan posisi yang tanggung dan membuat lutut pengendara dengan tinggi badan 165-170 cm sedikit tertekuk ke atas.<br /><br />Sebenarnya posisi ini cukup nyaman seandainya posisi setang lebih dekat sedikit dengan pengendara, atau pijakan pengendara sedikit dimundurkan ke belakang seperti posisi duduk sepeda motor sport sejati.<br /><br />Efek dari posisi duduk ini langsung terasa di tangan ketika rombongan rehat di sebuah toko swalayan tidak jauh dari sirkuit Sentul. Posisi yang cenderung membungkuk membuat tangan pengendara harus menahan berat tubuh.<br /><br />Ditambah lagi, pegangan (grip) setang memiliki ukuran standar yang kami nilai terlalu kecil untuk digenggam dengan nyaman (meskipun hampir semua sepeda motor menggunakan ukuran yang sama). <br /><br />Untungnya sarung tangan kulit yang awalnya disiapkan untuk berkendara malam tidak lupa dibawa. Pelindung tangan ini cukup ampuh mengurangi rasa 'pedas' di sekitar telapak tangan.<br /><br />Meskipun demikian, handling motor ini tergolong bagus. Bobotnya yang moderat juga masih ideal untuk menjadi tunggangan sehari-hari. <br /><br />Seperti umumnya karakter aspal di negeri ini saat memasuki musim hujan, perjalanan kami kerap terhadang jalan-jalan rusak plus kubangan-kubangan air cukup dalam untuk ukuran sebuah jalan yang masih berada di wilayah Jabodetabek.<br /><br />Walaupun terasa sedikit keras, suspensinya mampu mengatasi kondisi jalan seperti itu. Kekenyalan suspensi juga mampu meredam kritingnya permukaan jalan baik di trek lurus maupun saat melibas tikungan pada kecepatan tinggi.<br /><br />Begitu pula ketika kuda Jepang ini di ajak menyusuri jalan sempit berkelok-kelok di pinggiran kawasan Puncak. Saat di ajak 'rebah' melahap tikungan patah yang nyaris berbalik arah, ia tetap stabil walaupun permukaan jalan tidak bisa dibilang mulus.<br /><br />Rupanya hal ini didukung oleh suspensi belakang monoshock model pro-link yang mampu menyajikan peredaman dengan karakter unik.<br /><br />Bobotnya yang mencapai 129 kg cukup moderat. Berat dan mantap saat melaju di trek lurus, namun ringan saat diajak melakukan manuver ekstrem.<br /><br />Ketika kembali ke Jakarta melalui rute dari kawasan Puncak menuju Parung, mesinnya masih menyisakan banyak tenaga walaupun posisi transmisi sudah berada pada top-gear. "Hmm...Rasanya kalau ditambah satu gigi lagi rasanya masih ok."<br /><br />Sayangnya (mungkin ini relatif), engine brake mesin 150 cc DOHC bertenaga maksimal 17 PS pada 10.000 rpm ini terasa terlalu kuat di posisi gigi 6. Terlebih saat melepas gas dan melaju di jalan menurun. <br /><br />Sepeda motor langsung tertahan akibat engine brake-nya, sehingga terpaksa harus sering memutar grip gas agar tidak tertinggal dengan teman yang meluncur menggunakan skutiknya.<br /><br />Keperkasaan mesinnya terasa solid saat jarum tachometer mulai menyentuh 6.000 rpm ke atas. Di putaran ini terasa sekali limpahan torsinya yang mencapai puncak di 8.000 rpm sebesar 13,1 Nm.<br /><br />Oleh karena itu, CB generasi terbaru ini tidak menemui kesulitan saat diajak menyusuri jalan mendaki yang cukup terjal.<br /><br />Setelah menyelesaikan perjalanan dengan kendaraan dengan banderol harga Rp22,35 jutaan ini, rasanya Honda CB150R bergaya naked ini patut masuk dalam pertimbangan saat konsumen mencari sepeda motor 'cowok' yang pas untuk menemani aktivitas sehari-hari.<br /><br />Sent from <br /><b>My Android v4.2</b> supported by <b><u>Wifi </u></b>gratis, Online Teruuusss.

Honda Produk Baru Touring Menaklukkan Kawasan Puncak dengan Honda CB150R

Kunci kontak Honda CB150R pun segera diposisikan ke 'on' dan instrumen panelnya yang didominasi sistem digital segera melakukan ...

Baca Selengkapnya »

Menaklukkan Kawasan Puncak dengan Honda CB150R

Kunci kontak <b><a href="http://situs-ototrend.blogspot.com/2013/02/menaklukkan-kawasan-puncak-dengan-honda.html">Honda CB150R</a></b> pun segera diposisikan ke 'on' dan instrumen panelnya yang didominasi sistem digital segera melakukan 'first check' untuk memastikan semua indikator berfungsi.<br /><br />Awalnya ada sedikit kecurigaan saat terasa ada getaran halus ketika mesin belum dihidupkan. Rupanya itu adalah efek dari pompa bahan bakar elektrik yang mengingatkan lagi kalau Honda CB150R telah menganut sistem pasokan bahan bakar model injection.<br /><br />Saat pertama kali menduduki sadel berkontur pas dengan bokong, posisi kaki cukup nyaman untuk duduk tegak. Cocok dengan karakternya yang didesain sebagai sepeda motor sport penjelajah perkotaan.<br /><br />Sayangnya posisi nyaman itu tidak didukung dengan posisi setang yang terasa jauh sehingga memaksa membungkuk dengan posisi yang tanggung dan membuat lutut pengendara dengan tinggi badan 165-170 cm sedikit tertekuk ke atas.<br /><br />Sebenarnya posisi ini cukup nyaman seandainya posisi setang lebih dekat sedikit dengan pengendara, atau pijakan pengendara sedikit dimundurkan ke belakang seperti posisi duduk sepeda motor sport sejati.<br /><br />Efek dari posisi duduk ini langsung terasa di tangan ketika rombongan rehat di sebuah toko swalayan tidak jauh dari sirkuit Sentul. Posisi yang cenderung membungkuk membuat tangan pengendara harus menahan berat tubuh.<br /><br />Ditambah lagi, pegangan (grip) setang memiliki ukuran standar yang kami nilai terlalu kecil untuk digenggam dengan nyaman (meskipun hampir semua sepeda motor menggunakan ukuran yang sama). <br /><br />Untungnya sarung tangan kulit yang awalnya disiapkan untuk berkendara malam tidak lupa dibawa. Pelindung tangan ini cukup ampuh mengurangi rasa 'pedas' di sekitar telapak tangan.<br /><br />Meskipun demikian, handling motor ini tergolong bagus. Bobotnya yang moderat juga masih ideal untuk menjadi tunggangan sehari-hari. <br /><br />Seperti umumnya karakter aspal di negeri ini saat memasuki musim hujan, perjalanan kami kerap terhadang jalan-jalan rusak plus kubangan-kubangan air cukup dalam untuk ukuran sebuah jalan yang masih berada di wilayah Jabodetabek.<br /><br />Walaupun terasa sedikit keras, suspensinya mampu mengatasi kondisi jalan seperti itu. Kekenyalan suspensi juga mampu meredam kritingnya permukaan jalan baik di trek lurus maupun saat melibas tikungan pada kecepatan tinggi.<br /><br />Begitu pula ketika kuda Jepang ini di ajak menyusuri jalan sempit berkelok-kelok di pinggiran kawasan Puncak. Saat di ajak 'rebah' melahap tikungan patah yang nyaris berbalik arah, ia tetap stabil walaupun permukaan jalan tidak bisa dibilang mulus.<br /><br />Rupanya hal ini didukung oleh suspensi belakang monoshock model pro-link yang mampu menyajikan peredaman dengan karakter unik.<br /><br />Bobotnya yang mencapai 129 kg cukup moderat. Berat dan mantap saat melaju di trek lurus, namun ringan saat diajak melakukan manuver ekstrem.<br /><br />Ketika kembali ke Jakarta melalui rute dari kawasan Puncak menuju Parung, mesinnya masih menyisakan banyak tenaga walaupun posisi transmisi sudah berada pada top-gear. "Hmm...Rasanya kalau ditambah satu gigi lagi rasanya masih ok."<br /><br />Sayangnya (mungkin ini relatif), engine brake mesin 150 cc DOHC bertenaga maksimal 17 PS pada 10.000 rpm ini terasa terlalu kuat di posisi gigi 6. Terlebih saat melepas gas dan melaju di jalan menurun. <br /><br />Sepeda motor langsung tertahan akibat engine brake-nya, sehingga terpaksa harus sering memutar grip gas agar tidak tertinggal dengan teman yang meluncur menggunakan skutiknya.<br /><br />Keperkasaan mesinnya terasa solid saat jarum tachometer mulai menyentuh 6.000 rpm ke atas. Di putaran ini terasa sekali limpahan torsinya yang mencapai puncak di 8.000 rpm sebesar 13,1 Nm.<br /><br />Oleh karena itu, CB generasi terbaru ini tidak menemui kesulitan saat diajak menyusuri jalan mendaki yang cukup terjal.<br /><br />Setelah menyelesaikan perjalanan dengan kendaraan dengan banderol harga Rp22,35 jutaan ini, rasanya Honda CB150R bergaya naked ini patut masuk dalam pertimbangan saat konsumen mencari sepeda motor 'cowok' yang pas untuk menemani aktivitas sehari-hari.<br /><br />Sent from <br /><b>My Android v4.2</b> supported by <b><u>Wifi </u></b>gratis, Online Teruuusss.

Honda Produk Baru Touring Menaklukkan Kawasan Puncak dengan Honda CB150R

Kunci kontak Honda CB150R pun segera diposisikan ke 'on' dan instrumen panelnya yang didominasi sistem digital segera melakukan ...

Baca Selengkapnya »

Menaklukkan Kawasan Puncak dengan Honda CB150R

Kunci kontak <b><a href="http://vega115cc.blogspot.com/2013/02/menaklukkan-kawasan-puncak-dengan-honda.html">Honda CB150R</a></b> pun segera diposisikan ke 'on' dan instrumen panelnya yang didominasi sistem digital segera melakukan 'first check' untuk memastikan semua indikator berfungsi.<br /><br />Awalnya ada sedikit kecurigaan saat terasa ada getaran halus ketika mesin belum dihidupkan. Rupanya itu adalah efek dari pompa bahan bakar elektrik yang mengingatkan lagi kalau Honda CB150R telah menganut sistem pasokan bahan bakar model injection.<br /><br />Saat pertama kali menduduki sadel berkontur pas dengan bokong, posisi kaki cukup nyaman untuk duduk tegak. Cocok dengan karakternya yang didesain sebagai sepeda motor sport penjelajah perkotaan.<br /><br />Sayangnya posisi nyaman itu tidak didukung dengan posisi setang yang terasa jauh sehingga memaksa membungkuk dengan posisi yang tanggung dan membuat lutut pengendara dengan tinggi badan 165-170 cm sedikit tertekuk ke atas.<br /><br />Sebenarnya posisi ini cukup nyaman seandainya posisi setang lebih dekat sedikit dengan pengendara, atau pijakan pengendara sedikit dimundurkan ke belakang seperti posisi duduk sepeda motor sport sejati.<br /><br />Efek dari posisi duduk ini langsung terasa di tangan ketika rombongan rehat di sebuah toko swalayan tidak jauh dari sirkuit Sentul. Posisi yang cenderung membungkuk membuat tangan pengendara harus menahan berat tubuh.<br /><br />Ditambah lagi, pegangan (grip) setang memiliki ukuran standar yang kami nilai terlalu kecil untuk digenggam dengan nyaman (meskipun hampir semua sepeda motor menggunakan ukuran yang sama). <br /><br />Untungnya sarung tangan kulit yang awalnya disiapkan untuk berkendara malam tidak lupa dibawa. Pelindung tangan ini cukup ampuh mengurangi rasa 'pedas' di sekitar telapak tangan.<br /><br />Meskipun demikian, handling motor ini tergolong bagus. Bobotnya yang moderat juga masih ideal untuk menjadi tunggangan sehari-hari. <br /><br />Seperti umumnya karakter aspal di negeri ini saat memasuki musim hujan, perjalanan kami kerap terhadang jalan-jalan rusak plus kubangan-kubangan air cukup dalam untuk ukuran sebuah jalan yang masih berada di wilayah Jabodetabek.<br /><br />Walaupun terasa sedikit keras, suspensinya mampu mengatasi kondisi jalan seperti itu. Kekenyalan suspensi juga mampu meredam kritingnya permukaan jalan baik di trek lurus maupun saat melibas tikungan pada kecepatan tinggi.<br /><br />Begitu pula ketika kuda Jepang ini di ajak menyusuri jalan sempit berkelok-kelok di pinggiran kawasan Puncak. Saat di ajak 'rebah' melahap tikungan patah yang nyaris berbalik arah, ia tetap stabil walaupun permukaan jalan tidak bisa dibilang mulus.<br /><br />Rupanya hal ini didukung oleh suspensi belakang monoshock model pro-link yang mampu menyajikan peredaman dengan karakter unik.<br /><br />Bobotnya yang mencapai 129 kg cukup moderat. Berat dan mantap saat melaju di trek lurus, namun ringan saat diajak melakukan manuver ekstrem.<br /><br />Ketika kembali ke Jakarta melalui rute dari kawasan Puncak menuju Parung, mesinnya masih menyisakan banyak tenaga walaupun posisi transmisi sudah berada pada top-gear. "Hmm...Rasanya kalau ditambah satu gigi lagi rasanya masih ok."<br /><br />Sayangnya (mungkin ini relatif), engine brake mesin 150 cc DOHC bertenaga maksimal 17 PS pada 10.000 rpm ini terasa terlalu kuat di posisi gigi 6. Terlebih saat melepas gas dan melaju di jalan menurun. <br /><br />Sepeda motor langsung tertahan akibat engine brake-nya, sehingga terpaksa harus sering memutar grip gas agar tidak tertinggal dengan teman yang meluncur menggunakan skutiknya.<br /><br />Keperkasaan mesinnya terasa solid saat jarum tachometer mulai menyentuh 6.000 rpm ke atas. Di putaran ini terasa sekali limpahan torsinya yang mencapai puncak di 8.000 rpm sebesar 13,1 Nm.<br /><br />Oleh karena itu, CB generasi terbaru ini tidak menemui kesulitan saat diajak menyusuri jalan mendaki yang cukup terjal.<br /><br />Setelah menyelesaikan perjalanan dengan kendaraan dengan banderol harga Rp22,35 jutaan ini, rasanya Honda CB150R bergaya naked ini patut masuk dalam pertimbangan saat konsumen mencari sepeda motor 'cowok' yang pas untuk menemani aktivitas sehari-hari.<br /><br />Sent from <br /><b>My Android v4.2</b> supported by <b><u>Wifi </u></b>gratis, Online Teruuusss.

Honda Produk Baru Touring Menaklukkan Kawasan Puncak dengan Honda CB150R

Kunci kontak Honda CB150R pun segera diposisikan ke 'on' dan instrumen panelnya yang didominasi sistem digital segera melakukan ...

Baca Selengkapnya »