Transbody Elegant Yamaha Mio Soul Modif

<div style="text-align: justify;">Hasil modifikasi motor matik yang mengusung basis Mio Soul, tetapi jika dilihat secara keseluruhan tak ada lagi kesan Soul yang tampil di skubek berkelir biru ini. Makanya, para Juri yang terjun di <a href="http://situs-ototrend.blogspot.com/2013/04/10-tren-modifikasi-dari-yamaha.html" target="_blank">Tren Yamaha Cuzztomatic</a> 5 (YC5) Region Bandung, Jawa Barat sempat terkecoh ketika Soul ini terjun di kelas Matic Fashion Advance.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Soalnya dari Yamaha Mio Soul, transisi itu berganti menjadi <a href="http://situs-ototrend.blogspot.com/2013/01/yamaha-xeon-rc-hadir-di-main-atrium.html" target="_blank">Yamaha Xeon</a>. Silahkan dilihat dari bagian haluan. Cover depan, sangat terkesan Xeon. Bahkan, tampilan itu juga diperkuat dari pemakaian batok alias cover setangnya pula.</div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img alt="Yamaha Mio Soul Modif Terbaru.jpg" border="0" height="241" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEireD1CD32QSTBhkgbzvRiKWGe9o7Q9nhjMdiFBozP7TDsRSwfnizjlSbwr6aQ6Ux9T8fN1ZEyhsU37zDuemkDwFeXKJTIv4O2ouT4oI4wRdoh5-dyAnSN4mr4UEVqcaojm7ocsAxNDCzZC/s400/Yamaha+Mio+Soul+Modif+Terbaru.jpg" width="400" /></div><br /><div style="text-align: justify;">Tetapi, agar menarik bagian headlamp diisi lagi dengan suguhan lampu projector. Enggak tanggung-tanggung, dua projector lamp diaplikasi buat menggantikan reflektor sebagai lampu utama. Pastinya, lampu ini juga ditambah pemakaian lampu HID.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">sobat juga pasti sedikit tercengang alias kaget. Karena Yana yang andalkan REM Modified buat custom skubek kesayangannya ini, mengaplikasi bodi belakang milik Yamaha New Jupiter MX 135 LC.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Desain MX yang sporty, sedikit membuat kabur kesan elegan yang ingin diusung Yana secara konsep. Tapi, tak masalah. Justru, kreatifitasnya perlu diacungi jempol. Karena tentu tak mudah buat menggabungkan bodi bebek itu ke bodi dan sasis skubek. Butuh penyesuaian, terutama lubang dudukan baut.</div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img alt="Yamaha Mio Soul Modif Terbaru-1.jpg" border="0" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhK5QIJUjUjqg3s3I-fg-7BqsUwrZwXTdshhXgY68sl833uUjIGaATeQBql0tZF5LDhdgNaWmS9CkZ4FW4znY8v4Zlb3zaLlsPRc0X5qNHEavIj2ru9EmW7E9S1JHFOW_m0WDEno8TjiB2T/s400/Yamaha+Mio+Soul+Modif+Terbaru-1.jpg" width="400" /></div><br /><div style="text-align: justify;">Makin menarik ketika melihat suguhan peredam kejut belakang. Sok tunggal yang sejatinya berada di sisi kiri pacuan, oleh Yana diubah letaknya dengan mengambil sedikit tempat di bagian dek tengah. Malah, bukan cuma satu sok saja yang sekarang diandalkan. Tetapi, dua sok sekaligus tuh.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tentunya, pemilik motor membuat dudukan buat di bagian sasis depan dan braket tambahan buat dudukan di sasis belakang. Sehingga ketika Soul ini berjalan di permukaan tak rata, suspensi bisa berkerja sempurna. Seperti itulah seputar <a href="http://situs-ototrend.blogspot.com/">situs-ototrend</a> untuk konsep modifikasi Yamaha Mio Soul lansiran 2007 ini</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">DATA MODIFIKASI</div><div style="text-align: justify;">Ban depan: Swallow 80/80-17</div><div style="text-align: justify;">Ban belakang: Swallow 90/80-17</div><div style="text-align: justify;">Sok belakang: Yoko</div><div style="text-align: justify;">Sok depan: Ride It</div><div style="text-align: justify;">Pelek: V-Rossi</div>

Kontes modifikasi MODIFIKASI Modifikasi Matik Transbody Elegant Yamaha Mio Soul Modif

Hasil modifikasi motor matik yang mengusung basis Mio Soul, tetapi jika dilihat secara keseluruhan tak ada lagi kesan Soul yang tampil di skubek berkelir biru ini. Makanya, para Juri yang terjun di Tren Yamaha Cuzztomatic 5 (YC5) Region Bandung, Jawa…

Baca Selengkapnya »

Yamaha Byson Bergaya Street Figter Dengan Tema Racing Look

<div style="text-align: justify;">Modifikasi Yamaha Byson Bergaya Street Figter Dengan Tema Racing Look ini dimulai di kaki-kaki, pilihan ban 120/60-17 dan 160/60-17, Pilihan itu dianggap tepat, nggak terlalu gede, masih lincah bermanuver tapi terkesan sporty. “Pasalanya motor diarahkan bergaya <a href="http://situs-ototrend.blogspot.com/2013/06/konsep-streetfighter-modifikasi-pada.html" target="_blank">street fighter</a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img alt="Modif Yamaha Byson-Racing Look-1.jpg" border="0" height="258" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1U7BPFYFBA1Il6GF87ad5KZCgwjilZMWs4k5_5DuM6raOBqkl1kn03YikczEyekaboDtPFSBiur6uNouD2pwv8DvcUmrgqYdGoiMFHlMWhoftzJ9XOPveg0cKCV91p9XQvAubnIgHk-TQ/s400/Modif+Yamaha+Byson-Racing+Look-1.jpg" width="400" /></div><br /><div style="text-align: justify;">Soal taste bodywork, Kadek berselera baik. Ia termasuk efisien memilih part-part penunjang estetika demi memperkuat konsep. Untuk di depan, Kadek pede menerap projector <a href="http://situs-ototrend.blogspot.com/2013/07/lampu-led-sepeda-motor-untuk-harian.html" target="_blank">lampu LED</a> Byson Custom ditemani setang semi baplang produk Space Bar Barros. Makin padat sok standar Yamaha Byson diganti upside down buatan Thailand.</div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img alt="Modif Yamaha Byson-Racing Look-2.jpg" border="0" height="226" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_OzJgSZtZU-Ot0z_875asBnb8S13Bg0atk4IQz1QXcKbs-bN7xZpjdNqsrXoTW7nGVXcAPZNSIoAuKXmsxafN6Fj_e5p_CQDOT7KcXUTOhZb_RCK6bWU_LIGOLyHxmZ0fbDvFjauPGIzn/s400/Modif+Yamaha+Byson-Racing+Look-2.jpg" width="400" /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Demi memperkuat konsep <a href="http://situs-ototrend.blogspot.com/2012/12/racing-look-modifikasi-yamaha-vega.html" target="_blank">Racing look</a>. Untuk di depan, Kadek pede menerap projector LED Byson Custom ditemani setang semi baplang produk Space Bar Barros. Makin padat sok standar Byson diganti upside down buatan Thailand.</div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrXFU5ULrQnyakZK15k_vrKEdrRa0Hb_pl1BDbtU_DV_L3G_234Dpw5bmEjOPYvlXosFKRN2Hgx5UryfAg5attSeYyfJQIAlJui1augCuyMsXQNV36cVZbeSEoEVyOD3eVC-pEr4pg0prB/s1600/Modif+Yamaha+Byson-Racing+Look.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Modif Yamaha Byson-Racing Look.jpg" border="0" height="317" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrXFU5ULrQnyakZK15k_vrKEdrRa0Hb_pl1BDbtU_DV_L3G_234Dpw5bmEjOPYvlXosFKRN2Hgx5UryfAg5attSeYyfJQIAlJui1augCuyMsXQNV36cVZbeSEoEVyOD3eVC-pEr4pg0prB/s400/Modif+Yamaha+Byson-Racing+Look.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Lanjut ke belakang, lengan ayun asli juga hengkang diganti produk RD. Desainnya sinergi dengan knalpot Termignoni Custom mengesankan sporty. Demikian seputar info modifikasi motor Sport yang diterapkan melalui <a href="http://situs-ototrend.blogspot.com/">situs-ototrend</a> seperti yang dilansir oleh otomotifnet.</div>

MODIFIKASI Modifikasi Motor Modifikasi Yamaha Byson Yamaha Byson Bergaya Street Figter Dengan Tema Racing Look

Modifikasi Yamaha Byson Bergaya Street Figter Dengan Tema Racing Look ini dimulai di kaki-kaki, pilihan ban 120/60-17 dan 160/60-17, Pilihan itu dianggap tepat, nggak terlalu gede, masih lincah bermanuver tapi terkesan sporty. “Pasalanya motor diarah…

Baca Selengkapnya »

Lampu LED Sepeda Motor Untuk Harian

<div style="text-align: justify;">Lampu LED sepeda motor yang kepanjangan dari Light Emitting. Awalnya lebih beken di peralatan elektronik seperti audio, televis, komputer dan perabot lainnya. Saat ini pada motor bisa digunakan di lampu rem, sein, lampu senja dan lainnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Produsen lampu LED Autovision menyediakan untuk beberapa tipe motor. “Saat ini baru ada untuk motor tipe tertentu. Utamanya untuk motor sport seperti Honda Tiger, Yamaha Scorpio sampai Kawasaki Ninja 250R.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">LED ini lebih cocok pada sepeda motor yang mempunyai sistem kelistrikan DC. “Jadi, motor yang sistem kelistrikan DC bisa pakai <a href="http://situs-ototrend.blogspot.com/2013/07/tips-pasang-lampu-sorot-led-pada-yamaha.html" target="_blank">lampu LED</a>. Tersedia untuk lampu senja.</div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img alt="Lampu LED Sepeda Motor-1.jpg" border="0" height="177" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0_uhcuT9LP1n65q1Ri1MKK1c20ZtVa_7_klWfFMd6e6TIl6KMa2Xs6lyFYcA5QY0aTXtsaW5a8RTDsOcHFLV90pZlPoAKHxHocMXncCAqxO55czyB1z7tCFN8UvEUkbYsqHoDG6oZcHAO/s320/Lampu+LED+Sepeda+Motor-1.jpg" width="320" /></div><br /><div style="text-align: justify;">Sayangnya LED ini belum tersedia untuk lampu utama. Lampu senja LED baru tersedia lengkap untuk motor sport. “Tapi, lampu senja dengan kode T10 5SMD bisa dipakai semua motor termasuk bebek.</div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img alt="Lampu LED Sepeda Motor.jpg" border="0" height="177" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfgqX6L-Of5UU6Yr1_GiV3eG7kBhsqZhlXNYXnF_vFrTGu-OEAwFTuB8P7MjjUhTQaUgN5A560i853cgqGNiurgbHavs_xHuaOkaTjSpbZUxpuBpHsf1ft9Bst-UiPYjW6IWHl3lerTHoQ/s320/Lampu+LED+Sepeda+Motor.jpg" width="320" /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kelebihan menggunakan LED usia pakai lebih panjang dibanding lampu sejenisnya. “Otomatis lebih hemat dan lebih awet- info kumpulan modifikasi motor-<a href="http://situs-ototrend.blogspot.com/">situs-ototrend</a>.</div>

Aksesoris motor Tips Kelistrikan Lampu LED Sepeda Motor Untuk Harian

Lampu LED sepeda motor yang kepanjangan dari Light Emitting. Awalnya lebih beken di peralatan elektronik seperti audio, televis, komputer dan perabot lainnya. Saat ini pada motor bisa digunakan di lampu rem, sein, lampu senja dan lainnya.Produsen lam…

Baca Selengkapnya »

Persiapkan Hal Berikut Sebelum Mudik

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieDrnYbmzJ2ZZaetP1jbXbN5QeYhx1Jo2YxLUiIrlW3kFWnFCm93rfD8sewXBP52ddVxOUlyZx6h_cCh3oj5jPj8w4qZvKyJ1wHwwwFHb5dhrE07WM3OXuWVP-mA3FW32e9mWBJa4AqX4/s1600/mudik.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieDrnYbmzJ2ZZaetP1jbXbN5QeYhx1Jo2YxLUiIrlW3kFWnFCm93rfD8sewXBP52ddVxOUlyZx6h_cCh3oj5jPj8w4qZvKyJ1wHwwwFHb5dhrE07WM3OXuWVP-mA3FW32e9mWBJa4AqX4/s320/mudik.jpg" width="320" /></a></div>Sebelum mudik, ada baiknya mobil diperiksa dan lakukan servis atau ganti komponen yang rusak agar perjalanan lancar, aman dan nyaman. Bila sudah, selama perjalanan, Yuta Obed, Manajer Servis Auto2000 Permata Hijau, Jakarta, memberikan daftar komponen penting yang wajib dibawa sebagai cadangan.<br /><br /><b>1. Pelumas</b>. Untuk mobil yang berusia lebih dari 5 <br /><a name='more'></a>tahun biasanya rentan bocor di beberapa tempat seperti mesin, transmisi, dan rem. Sediakan oli untuk ketiga bagian tersebut sesuai dengan ketentuan berlaku. "Paling penting untuk diperhatikan adalah minyak rem. Sebelum berangkat, periksa tabungnya, jika kurang segera diisi hingga di bawah batas maksimum," urai Yuta.<br /><br /><b>2. Ganti ban</b>. Pastikan peralatan untuk mengganti ban seperti kunci roda, dongkrak dan tentunya ban cadangan.  Sebagai tambahan perlu juga dibawa dua balok kayu seukuran batu bata. Kegunaannya, ketika mengalami kempis ban, dongkrak sulit dimasukkan ke bawah kolong. Jadi, letakkan satu balok (boleh di depan atau belakang) di ban yang kempis, kemudian lindas sampai bodi mobil terangkat. Aktifkan rem parkir dan ganjal roda lain agar tidak maju atau mundur. Setelah itu pasang dongkrak di tempat yang dianjurkan. Boleh juga bawa lempengan besi sebagai alas dongkrak.<br /><br /><b>3. Kelistrikan</b>. Bohlam lampu depan belakang, sekring dan relay juga perlu dibawa sebagai cadangan. Angka besaran sesuaikan dengan kebutuhan. Bagi yang belum mengganti aki  yang berusia di atas setahun ada baiknya membawa jumper untuk jaga-jaga ketika soak. Terlebih lagi untuk varian bertransmisi otomatis.<br /><br /><b>4. Peralatan tambahan</b>. Buat yang doyang ngoprek, bawa juga kunci pas atau ring yang kerap dipakai, antara lain 8, 10, 12, 14, 17, tang, obeng kembang dan pipih. Buat jaga-jaga bila tidak bisa diperbaiki di tempat dan harus dibawa ke bengkel terdekat, sediakan pula tali penarik. Senter, isolasi, lakban dan lap kering juga perlu dibawa.</div>

Mudik Persiapkan Hal Berikut Sebelum Mudik

Sebelum mudik, ada baiknya mobil diperiksa dan lakukan servis atau ganti komponen yang rusak agar perjalanan lancar, aman dan nyaman. Bila sudah, selama perjalanan, Yuta Obed, Manajer Servis Auto2000 Permata Hijau, Jakarta, memberikan daftar komponen…

Baca Selengkapnya »

Kapan Hendaknya Memeriksa Tekanan Ban Mobil Anda

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqD0CWHg2YKi1C9CahNNnERQwkUjAi3WdgzwT_vbrdAEI66xg2rTil-kkCIljqiYxydNdT-9OOMD2NNf0kFvcXeYyW3L07JLtqQ2hCbCanRJP6I-FBRCo2e8tLEnB8KJL8C-hzc1i7KLY/s1600/ukuran+ban.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqD0CWHg2YKi1C9CahNNnERQwkUjAi3WdgzwT_vbrdAEI66xg2rTil-kkCIljqiYxydNdT-9OOMD2NNf0kFvcXeYyW3L07JLtqQ2hCbCanRJP6I-FBRCo2e8tLEnB8KJL8C-hzc1i7KLY/s320/ukuran+ban.jpg" width="320" /></a></div>Saat hendak mengemudi mobil hal yang sering dianggap sepele itu memeriksa tekanan ban. Padahal tekanan ban memiliki peran yang begitu penting apalagi jika Anda akan berpergian jauh seperti mudik lebaran tahun ini.<br /><br />Jika tekanan ban kurang, bisa menyebabkan mobil menjadi lebih boros lho. Sementara jika tekanan ban kelebihan, dapat mempengaruhi umur ban dan mengurangi cengkeraman pada aspal. Nah, yang sekarang menjadi pertanyaan kapan waktu yang tepat untuk mengukur tekanan ban?<br /><a name='more'></a><br /><br />Head of Marketing and Public Relation Astra Buana (Garda Oto), Laurentius Iwan Pranoto menuturkan mengukur tekanan ban itu sebaiknya dicek dalam keadaan dingin.<br /><br />"Artinya mobil tidak dalam keadaan jalan dan biasanya yang bagus itu dilakukan di pagi hari. Itu baru tekanannya bisa diatur setelah itu baru diisi," kata Iwan di sela-sela acara Daihatsu Mudik Bareng di Sunter, Jakarta Utara akhir pekan lalu.<br /><br />Dijelaskannya, kalau sewaktu pagi diukur tekananya menunjukkan 28 psi maka setelah Anda berangkat, tekanannya harus ditambahkan karena pasti tekanannya berubah atau menurun.<br /><br />"Kalau sudah jalan lagi pas dari pagi minimal kita tambahkan tekanannya 2 psi lagi. Jadi kalau paginya 28 psi maka nanti siangnya kita tambahkan jadi 30 psi," katanya.<br /><br />Sementara itu, tekanan ban yang ideal itu mengikuti aturan yang ada di buku manual. "Kalau mobil itu biasanya selain di buku manual juga ada di bawah pintu. Jadi ikutin aturan disitu saja agar lebih aman," tuntasnya.<br /><div><br /></div></div>

Mobil Kapan Hendaknya Memeriksa Tekanan Ban Mobil Anda

Saat hendak mengemudi mobil hal yang sering dianggap sepele itu memeriksa tekanan ban. Padahal tekanan ban memiliki peran yang begitu penting apalagi jika Anda akan berpergian jauh seperti mudik lebaran tahun ini.Jika tekanan ban kurang, bisa menyeba…

Baca Selengkapnya »

BERBAGAI MACAM MODEL BOX

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="color: #cc0000; font-size: large;"><b>BOX MOTOR MERK GIVI</b> </span><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIGUPLTHu7lpqlXa8xDnbv44zFJHjaFLbw08qC_JBXO2xo0Qvh7rybaJq2XMVmKucOcI3tPgYuEGGxMwd8lAKC9TsBNXuOBuWw_iYvfL7JveA1bPJ3WIcPnGATsgdZQrvofQIjxZsn/s1600/box+givi+1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="146" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIGUPLTHu7lpqlXa8xDnbv44zFJHjaFLbw08qC_JBXO2xo0Qvh7rybaJq2XMVmKucOcI3tPgYuEGGxMwd8lAKC9TsBNXuOBuWw_iYvfL7JveA1bPJ3WIcPnGATsgdZQrvofQIjxZsn/s200/box+givi+1.jpg" width="200" /></a></div> <span style="font-size: large;"><span style="color: red;">1</span></span><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjj4Ig2u6ouAWZdXJOcUmUupDZ792bsh5BieNQq7Hy4zAi1nogLbSm10pJupBkvQJXuiGkTEaRW2qaBQZLioue8u0zAMfy0MlubVcQhGCZRMg5lo5twtqKMZyLYeAGMj5ZhRHmKN1l3/s1600/box+givi+2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="146" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjj4Ig2u6ouAWZdXJOcUmUupDZ792bsh5BieNQq7Hy4zAi1nogLbSm10pJupBkvQJXuiGkTEaRW2qaBQZLioue8u0zAMfy0MlubVcQhGCZRMg5lo5twtqKMZyLYeAGMj5ZhRHmKN1l3/s200/box+givi+2.jpg" width="200" /></a></div> <span style="color: red;"><span style="font-size: large;">2</span></span><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7wOuzLOlgtVcSMjNhCHqEwW3R8IXJyYYRrAUQfd90gnyS8bHX1HqZ7OK0LVUSBmPNwcGQCajKJRP3jgua8tzQt89ZOlhQJYEB46EyfqdQdFi-CIOieo4df6EreA8d2_7cjWOp2uOE/s1600/images1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="182" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7wOuzLOlgtVcSMjNhCHqEwW3R8IXJyYYRrAUQfd90gnyS8bHX1HqZ7OK0LVUSBmPNwcGQCajKJRP3jgua8tzQt89ZOlhQJYEB46EyfqdQdFi-CIOieo4df6EreA8d2_7cjWOp2uOE/s200/images1.jpg" width="200" /></a></div><span style="font-size: large;"> <span style="color: red;">3</span></span><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwI0spXuSOTwc5CxUJIeJMebgNx8Ef8RzJqcJp78NpNSyMBf5pSym6Uj8vYVf3NsvDArB_lKj3H9snSxwtDk7cj6yt45zrEfXIlYqSdKWKG-yQ51l5IWd7j_nGVExiis4HIG9AoHmK/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="147" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwI0spXuSOTwc5CxUJIeJMebgNx8Ef8RzJqcJp78NpNSyMBf5pSym6Uj8vYVf3NsvDArB_lKj3H9snSxwtDk7cj6yt45zrEfXIlYqSdKWKG-yQ51l5IWd7j_nGVExiis4HIG9AoHmK/s200/images.jpg" width="200" /></a></div><span style="color: #cc0000; font-size: large;"> 4</span></div>

BERBAGAI MACAM MODEL BOX

BOX MOTOR MERK GIVI  1 2 3 4…

Baca Selengkapnya »

Bocoran 2014 Honda Brio MPV - Indonesia

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div>Ajang pameran International Indonesia Motor Show yang rencananya difelar tanggal 19 September rupanya akan menjadi target dari pabrikan mobil  Honda Indonesia untuk meluncurkan Entri Level Small MPV yakni  Honda Brio MPV. Honda Brio MPV ini melengkapi Varian dari Honda Brio yang telah beredar dI Indonesia<br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgchG1Ez1-HE_yqm6Gn9iGZi_Emtf2nkBNGzO9O-lM5JtnaPJhGm4EP9w7bSdhQak6xUqsng92JSaHG7pc1UNqYTvNtI9zNKenrilQjlR6DXI2rU6Opm6yY0ce6x2xtQFL2e0WnNS-reB-F/s1600/honds++brio+mpv.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="392" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgchG1Ez1-HE_yqm6Gn9iGZi_Emtf2nkBNGzO9O-lM5JtnaPJhGm4EP9w7bSdhQak6xUqsng92JSaHG7pc1UNqYTvNtI9zNKenrilQjlR6DXI2rU6Opm6yY0ce6x2xtQFL2e0WnNS-reB-F/s640/honds++brio+mpv.jpg" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">rendering 2014 Honda Brio MPV - Indonesia</td></tr></tbody></table><br />Honda Bio MPV dikembangkan secara kusus untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan karakteristik jalan di Indonesia. Produk ini akan diproduksi di Indonesia dan menjadi produk pertama dari Pabrik Baru Honda yang kedua yang berlokasi di Karawang, yang segera peroperasi awal tahun 2014. Produk terbaru Honda Brio MPV akan menjadi Produk spesial untuk Honda di Indonesia. Demikian Penjelasan Tomoyuki Uchida - Presdir dari PT. Honda Prospect Motor,<br /><br />Mobil ini akan mengambil basis mesin 1,5 liter berbahan bakar bensin dan bertenaga sekitar 100 HP. Kemungkinan akan berbagi mesin dengan sang kakak Honda Jazz. Semakin marak aja sejak launcing Datsun Go di India. Hampir Semua Pabrikan  seakan terbangun dari tidur panjangnya dan mulai memperhitungkan potensi konsumen di Indonesia dan dengan regulasi Low Cost Green Car dari pemerintah, mereka berlomba-lomba menawarkan konsep LCGC pada publik<br /><br />Satu keuntungan bagi konsumen yakni luasnya pilihan model dan harga tentunya. Selamat menunggu. Sumber: autoevolution<br /><br /><br />

2014 Honda BRIO mpv Indonesia 5 L indonesia Datsun Go Honda Jazz indonesia Honda prospect Motor mesi 1 mobil baru indonesia mobil honda mobil LCGC mobil murah Tomoyuki Uchida Bocoran 2014 Honda Brio MPV - Indonesia

Ajang pameran International Indonesia Motor Show yang rencananya difelar tanggal 19 September rupanya akan menjadi target dari pabrikan mobil  Honda Indonesia untuk meluncurkan Entri Level Small MPV yakni  Honda Brio MPV. Honda Brio MPV ini melengkap…

Baca Selengkapnya »

Gambar Motor Vespa Modifikasi

Untuk motor yang satu ini memang bisa dikatakan sebagai motor antik, karena memang pengguna dan pemilik motor vespa yang mulai langka, paling jika terdapat event-event tertentu saja para penunggang vespa berdondong-bondong untuk berkumpul.<br />Kali ini saya akan berbagi Gambar Motor Vespa Modifikasi yang mungkin bisa menjadi inspirasi anda<br /><br />Gambar Motor Vespa Modifikasi<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Itulah beberapa

MODIFIKASI Gambar Motor Vespa Modifikasi

Untuk motor yang satu ini memang bisa dikatakan sebagai motor antik, karena memang pengguna dan pemilik motor vespa yang mulai langka, paling jika terdapat event-event tertentu saja para penunggang vespa berdondong-bondong untuk berkumpul.Kali ini sa…

Baca Selengkapnya »

Gambar Motor Kawasaki KLX 150

Bagi para penggila biker apalagi yang senang dengan tantangan dan petualangan, jangan pernah anda lewatkan motor yang satu ini Kawasaki KLX 150 yang memang didesain untuk menerjang halangan seperti tonjolan, cekungan bahkan sampai tanah dengan medan becek atau berlumpur.<br />Beberapa gambar yang akan saya share pada kesempatan kali ini.<br /><br />Gambar Motor Kawasaki KLX 150<br /><br /><br /><br /><br />Lihatlah gambar diatas,

Kawasaki Gambar Motor Kawasaki KLX 150

Bagi para penggila biker apalagi yang senang dengan tantangan dan petualangan, jangan pernah anda lewatkan motor yang satu ini Kawasaki KLX 150 yang memang didesain untuk menerjang halangan seperti tonjolan, cekungan bahkan sampai tanah dengan medan …

Baca Selengkapnya »

Camshafts Demystified

<div class="postTitle"> <h2><br /></h2></div><span style="font-size: x-small;"><em>By Mike Petralia</em></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><strong>Camshaft Lobe Separation Angle Matters</strong><br /><br />When finding the perfect cam for a street engine, Lobe Separation can help do the trick. Could you take two cams that are ground with EXACTLY the same lift and duration and still get one to make more power than the other? Of course, and if you picked the wrong lobe separation angle you might lose power. I think the cam companies do this just to keep us guessing. It’s an area where camshaft design gets very confusing.</span><br /> <span style="font-size: x-small;"><img alt="" src="http://www.cartechbooks.com/media/wysiwyg/techtips/camshafts1/LSA_01.jpg" style="border: 1px solid black; display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" width="390" /></span><br /> <br /> <span style="font-size: x-small;"><strong>LSA and LC</strong><br /><br />Lobe Separation Angle (LSA) is NOT the same as Lobe Centerlines (LC), although the two are directly connected.<br /><br />The Lobe Separation Angle is measured as the degrees that the crankshaft rotates BETWEEN the exhaust valve’s maximum lift point (aka: Exhaust Centerline) and the intake valve’s maximum lift point (aka: Intake Centerline). Check the lead illustration in this story from COMP Cams to show this effect. The highest lift points on the lobes are referred to as the cam “Lobe Centerlines” and are usually ground somewhere between 102 and 122 crankshaft degrees. Since Lobe Centerline is referenced in relation to crankshaft degrees as well, it can be moved around, depending on where you install the cam.<br /><br />When you degree the cam, you’re usually checking to see if it’s installed at the cam manufacturer’s recommended Intake Centerline point. Let’s say your cam manufacturer recommends installing the cam at a 112-degree Intake Centerline. Using the degree wheel you check the intake’s highest lift point to be exactly at 112-degrees. That means you’ve now installed the cam “Straight Up”. If the degree wheel shows an intake max lift point of 110-degrees, the cam is now INSTALLED 2-degrees advanced from the manufacturer’s settings. If the degree wheel showed an installed position of 114-degrees, the cam is now INSTALLED 2-degrees retarded.<br /><br />Lobe Separation Angle, on the other hand, is ground into the cam and it cannot be changed (see red arc in illustration). To check your LSA you calculate it by adding the intake and exhaust Lobe Centerline figures together and dividing their sum by two (Ex: 112 intake Centerline + 116 exhaust Centerline = 228 / 2 = 114-degree LOBE SEPARATION ANGLE).<br /><br />There’s more. These are also the figures used to indicate how much the cam’s intake lobe was ground “advanced” or “retarded” from the factory. To find intake lobe advance/retard, simply subtract the Intake Lobe Centerline from the Lobe Separation Angle (i.e.: LSA 114 – IC 112 = 2-degree advance). This difference is how far advanced or retarded your cam was ground at the factory, 2-degrees in our example here. You cannot change Lobe Separation Angle because it is ground at the factory. But you can advance or retard the cam in relation to the crank when it’s degreed-in.<br /><br /><strong>Valve Overlap</strong><br /><br />Lobe Separation is not the same as valve overlap either. Valve overlap (see small red triangle in middle of illustration) is often ignored, but it is critical to making power. Overlap is the degrees that both intake and exhaust valves are open at the same time. All cams have some amount of overlap and certain engines respond differently to it. A good intake tract will not need as much overlap, while a restricted intake tract would suffer from a cam with too much overlap. When you observe the valve train events at their most basic levels, the closing of the intake valve has the most effect on power. Close it too late and you’ll lose power because the piston will force the incoming fresh intake charge right back out through the carb from an effect known as “Reversion.” Close the intake valve too soon and the cylinders won’t breathe in all that fresh air and fuel. A perfect engine would shut the intake valve precisely as the air/fuel column stops filling the cylinder. However, finding that point is difficult because the entire intake tract, from the air cleaner to the cylinder head, and even the exhaust system all have an effect on it. <br /><br />Engine vacuum, which is something all our street engines need, is directly controlled by overlap too. Typically, a wider lobe separation angle of 112-116 degrees will mean less overlap and higher vacuum at idle, while a narrower lobe separation (102-108) provides just the opposite. Big race cams may be the exception, because they can have a wide lobe separation angle like 118-degrees and still have lots of overlap and make little vacuum because the intake valve opens very early in the cycle and it stays open long past when the exhaust valve begins to open. That’s what you’re hearing in stout race engines. The intake and exhaust tracts working together give it that wicked tone, particularly at idle.<br /><br />With street cams, the wider you move the lobe centers apart, such as 116-degrees, the less overlap you typically have. Although both wide (112-116) and narrow (102-110) lobe separation angles do have an effect on overlap, it’s still possible to get a lot of overlap with very wide lobe separation angle cams. It’s the scavenging effect of the high velocity exhaust gases rushing out that pulls the fresh fuel/air charge into the chamber. Why is all this important? It has to do with the cylinder heads, exhaust system, and how well the engine breathes. If you’ve got bad cylinder heads or a weak exhaust system the wrong LSA might not put enough fresh charge into the cylinders.<br /><strong><br />Separating the Numbers</strong><br /><br />Several years ago I asked COMP Cams to help me with a very detailed analysis of cam LSA. COMP ground up five street rollers for me with exactly the same lift (.495” intake, .502” exhaust), and the exact same duration (at 0.050”: 235 intake, 240 exhaust), and the exact same advance ground into the intake lobes (+4-degrees), but each one had a different Lobe Separation Angle (LSA). I spent two days on the dyno testing them all in a 10:1cr, 350ci GM Performance Parts crate engine that had been tweaked a little to yield a bit more power. The reason I ran solid roller cams for this test was to eliminate the break-in period flat-tappet cams required between each test. Installed position and valve lash were checked very carefully for each cam so as not to be a factor in the results.<br /><br />Check out the torque curves for the five cams I tested. See how the 106 and 110 Lobe Separation Angle cams are practically identical. COMP Cams engineers told me that since the engine I tested featured a single-plane intake manifold and open headers without mufflers, it was able to breath fairly well and had no trouble scavenging its cylinders. Consequently, the 106 LSA cam probably over-scavenged the cylinders, which cost some power, and the 110 LSA cam most likely under-scavenged an equal amount so the dyno runs from both of these cams looks almost identical. In between was where the 108 LSA cam performed substantially better in this engine. It’s kinda’ like the Goldilocks and the Three Bears fable. The 106 LSA cam scavenged too much, and the 110 LSA cam couldn’t scavenge enough, but the 108 LSA cam scavenged just right. This conclusion is further supported by the relatively poor performance of the wider 112 and 114 LSA cams. Their weak numbers meant the this engine wanted to breath with some overlap to make its best power. Pay close attention to the average and max power figures because they tell the biggest tale. Another benefit to running a higher LSA cam is a better idle quality with more vacuum, so I’ve listed vacuum at 1,000 rpm with no load on the engine for each cam as well.<br /><br /><br /><strong>Lobe Separation Angle Torque </strong><br /></span><br /> <table border="1" cellpadding="1" cellspacing="1" style="width: 200px;"><tbody><tr><td><span style="font-size: x-small;">LSA</span></td><td><span style="font-size: x-small;">106</span></td><td><span style="font-size: x-small;">108</span></td><td><span style="font-size: x-small;">110</span></td><td><span style="font-size: x-small;">112</span></td><td><span style="font-size: x-small;">114</span></td></tr><tr><td><span style="font-size: x-small;"> </span></td><td><span style="font-size: x-small;"> </span></td><td><span style="font-size: x-small;"> </span></td><td><span style="font-size: x-small;"> </span></td><td><span style="font-size: x-small;"> </span></td><td><span style="font-size: x-small;"> </span></td></tr><tr><td><span style="font-size: x-small;">RPM</span></td><td><span style="font-size: x-small;">TQ</span></td><td><span style="font-size: x-small;">TQ</span></td><td><span style="font-size: x-small;">TQ</span></td><td><span style="font-size: x-small;">TQ</span></td><td><span style="font-size: x-small;">TQ</span></td></tr><tr><td><span style="font-size: x-small;">3600</span></td><td><span style="font-size: x-small;">375</span></td><td><span style="font-size: x-small;">380</span></td><td><span style="font-size: x-small;">379</span></td><td><span style="font-size: x-small;">383</span></td><td><span style="font-size: x-small;">378</span></td></tr><tr><td><span style="font-size: x-small;">3800</span></td><td><span style="font-size: x-small;">387</span></td><td><span style="font-size: x-small;">391</span></td><td><span style="font-size: x-small;">388</span></td><td><span style="font-size: x-small;">390</span></td><td><span style="font-size: x-small;">384</span></td></tr><tr><td><span style="font-size: x-small;">4000</span></td><td><span style="font-size: x-small;">407</span></td><td><span style="font-size: x-small;">407</span></td><td><span style="font-size: x-small;">403</span></td><td><span style="font-size: x-small;">402</span></td><td><span style="font-size: x-small;">395</span></td></tr><tr><td><span style="font-size: x-small;">4200</span></td><td><span style="font-size: x-small;">414</span></td><td><span style="font-size: x-small;">421</span></td><td><span style="font-size: x-small;">414</span></td><td><span style="font-size: x-small;">411</span></td><td><span style="font-size: x-small;">404</span></td></tr><tr><td><span style="font-size: x-small;">4400</span></td><td><span style="font-size: x-small;">419</span></td><td><span style="font-size: x-small;">430</span></td><td><span style="font-size: x-small;">423</span></td><td><span style="font-size: x-small;">418</span></td><td><span style="font-size: x-small;">412</span></td></tr><tr><td><span style="font-size: x-small;">4600</span></td><td><span style="font-size: x-small;">426</span></td><td><span style="font-size: x-small;">435*</span></td><td><span style="font-size: x-small;">426</span></td><td><span style="font-size: x-small;">424</span></td><td><span style="font-size: x-small;">419</span></td></tr><tr><td><span style="font-size: x-small;">4800</span></td><td><span style="font-size: x-small;">429*</span></td><td><span style="font-size: x-small;">434</span></td><td><span style="font-size: x-small;">427</span></td><td><span style="font-size: x-small;">425</span></td><td><span style="font-size: x-small;">420</span></td></tr><tr><td><span style="font-size: x-small;">5000</span></td><td><span style="font-size: x-small;">428</span></td><td><span style="font-size: x-small;">434</span></td><td><span style="font-size: x-small;">428</span></td><td><span style="font-size: x-small;">425</span></td><td><span style="font-size: x-small;">422</span></td></tr><tr><td><span style="font-size: x-small;">5200</span></td><td><span style="font-size: x-small;">429</span></td><td><span style="font-size: x-small;">434</span></td><td><span style="font-size: x-small;">431*</span></td><td><span style="font-size: x-small;">427*</span></td><td><span style="font-size: x-small;">423*</span></td></tr><tr><td><span style="font-size: x-small;">5400</span></td><td><span style="font-size: x-small;">427</span></td><td><span style="font-size: x-small;">432</span></td><td><span style="font-size: x-small;">430</span></td><td><span style="font-size: x-small;">421</span></td><td><span style="font-size: x-small;">422</span></td></tr><tr><td><span style="font-size: x-small;">5600</span></td><td><span style="font-size: x-small;">423</span></td><td><span style="font-size: x-small;">427</span></td><td><span style="font-size: x-small;">424</span></td><td><span style="font-size: x-small;">415</span></td><td><span style="font-size: x-small;">416</span></td></tr><tr><td><span style="font-size: x-small;">5800</span></td><td><span style="font-size: x-small;">414</span></td><td><span style="font-size: x-small;">419</span></td><td><span style="font-size: x-small;">415</span></td><td><span style="font-size: x-small;">404</span></td><td><span style="font-size: x-small;">407</span></td></tr><tr><td><span style="font-size: x-small;">6000</span></td><td><span style="font-size: x-small;">404</span></td><td><span style="font-size: x-small;">410</span></td><td><span style="font-size: x-small;">405</span></td><td><span style="font-size: x-small;">393</span></td><td><span style="font-size: x-small;">395</span></td></tr><tr><td><span style="font-size: x-small;">6200</span></td><td><span style="font-size: x-small;">395</span></td><td><span style="font-size: x-small;">400</span></td><td><span style="font-size: x-small;">395</span></td><td><span style="font-size: x-small;">381</span></td><td><span style="font-size: x-small;">384</span></td></tr><tr><td><span style="font-size: x-small;">6400</span></td><td><span style="font-size: x-small;">383</span></td><td><span style="font-size: x-small;">389</span></td><td><span style="font-size: x-small;">383</span></td><td><span style="font-size: x-small;">367</span></td><td><span style="font-size: x-small;">370</span></td></tr><tr><td><span style="font-size: x-small;"> </span></td><td><span style="font-size: x-small;"> </span></td><td><span style="font-size: x-small;"> </span></td><td><span style="font-size: x-small;"> </span></td><td><span style="font-size: x-small;"> </span></td><td><span style="font-size: x-small;"> </span></td></tr><tr><td><span style="font-size: x-small;">Avg</span></td><td><span style="font-size: x-small;">411</span></td><td><span style="font-size: x-small;">416</span></td><td><span style="font-size: x-small;">411</span></td><td><span style="font-size: x-small;">406</span></td><td><span style="font-size: x-small;">403</span></td></tr><tr><td><span style="font-size: x-small;">Max</span></td><td><span style="font-size: x-small;">429</span></td><td><span style="font-size: x-small;">435</span></td><td><span style="font-size: x-small;">431</span></td><td><span style="font-size: x-small;">427</span></td><td><span style="font-size: x-small;">423</span></td></tr><tr><td><span style="font-size: x-small;">Vac</span></td><td><span style="font-size: x-small;">10.2"</span></td><td><span style="font-size: x-small;">11.9"</span></td><td><span style="font-size: x-small;">13.1"</span></td><td><span style="font-size: x-small;">14.5"</span></td><td><span style="font-size: x-small;">14.9"</span></td></tr></tbody></table><span style="font-size: x-small;"><br />*Note how the narrower (numerically lower) LSAs made peak torque 400 to 600 rpm lower than the higher LSA cams. However, in all tests, horsepower peaked at almost the same RPM (between 6,200 and 6,400 rpm) for every cam. Most engines will respond similarly to increased overlap from a narrow LSA cam.</span><br /> <span style="font-size: x-small;"><img alt="" src="http://www.cartechbooks.com/media/wysiwyg/techtips/camshafts1/LSA_02.JPG" style="border: 1px solid black; display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" width="390" /></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><em><strong>Even though this story is about camshafts lobe separation, the power really starts here. Your intake tract will help determine what the best Lobe Separation Angle is for your engine.</strong></em></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><em><strong><img alt="" src="http://www.cartechbooks.com/media/wysiwyg/techtips/camshafts1/LSA_03.JPG" style="border: 1px solid black; display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" width="390" /></strong></em></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><em><strong>Next in the path is the intake port. This 220cc Dart port is a good candidate for lots of power when combined with the right camshaft.</strong></em></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><em><strong><img alt="" src="http://www.cartechbooks.com/media/wysiwyg/techtips/camshafts1/LSA_04.JPG" style="border: 1px solid black; display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" width="390" /></strong></em></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><em><strong>The cylinder head’s chamber also depends heavily on camshaft LSA to help achieve maximum filling capacity. A weak chamber might need a radically different cam than a good chamber would.</strong></em></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><em><strong><img alt="" height="390" src="http://www.cartechbooks.com/media/wysiwyg/techtips/camshafts1/LSA_05.JPG" style="border: 1px solid black; display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" /></strong></em></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><em><strong>To swap five different cams in a short two days on the dyno I utilized a COMP Cams belt drive unit. This also gave me the ability to fine-tune each cam’s installed position for ultimate accuracy.</strong></em></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><em><strong><img alt="" height="390" src="http://www.cartechbooks.com/media/wysiwyg/techtips/camshafts1/LSA_06.JPG" style="border: 1px solid black; display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" /></strong></em></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><em><strong>You can see that after removing the timing pointer and cam gear, the cam slides out of the engine without having to pull off the harmonic dampener. This really saves time.</strong></em></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><em><strong><img alt="" src="http://www.cartechbooks.com/media/wysiwyg/techtips/camshafts1/LSA_07.JPG" style="border: 1px solid black; display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" width="390" /></strong></em></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><em><strong>Each cam was carefully lashed to the exact same specs.</strong></em></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><em><strong><img alt="" src="http://www.cartechbooks.com/media/wysiwyg/techtips/camshafts1/LSA_08.JPG" style="border: 1px solid black; display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" width="390" /></strong></em></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><em><strong>Once the lash was set, each cam was checked to be installed at the correct Intake valve opening point at 0.050” lift. Note dial indicator on top of pushrod.</strong></em></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><em><strong><img alt="" src="http://www.cartechbooks.com/media/wysiwyg/techtips/camshafts1/LSA_09.JPG" style="border: 1px solid black; display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" width="390" /></strong></em></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><em><strong>With the Tavia timing pointer reattached we checked to see where the intake valve opened.</strong></em></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><em><strong><img alt="" src="http://www.cartechbooks.com/media/wysiwyg/techtips/camshafts1/LSA_10.JPG" style="border: 1px solid black; display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" width="390" /></strong></em></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><em><strong>Six-degrees before Top Dead Center is what the cam’s spec card called for the “Intake opening at 0.050” for each cam. The ATI dampener really helped out checking this important step.</strong></em></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><em><strong><img alt="" height="390" src="http://www.cartechbooks.com/media/wysiwyg/techtips/camshafts1/LSA_11.JPG" style="border: 1px solid black; display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" /></strong></em></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><em><strong>Since not all cams can be ground exactly the same, we used the belt drive to further equalize the installed position of every cam for each test.</strong></em></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><em><strong><img alt="" height="297" src="http://www.cartechbooks.com/media/wysiwyg/techtips/camshafts1/LSA_12_B.jpg" style="border: 1px solid black; display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" width="481" /></strong></em></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><strong>Sources</strong></span>

Camshafts Demystified

By Mike Petralia Camshaft Lobe Separation Angle MattersWhen finding the perfect cam for a street engine, Lobe Separation can help do the trick. Could you take two cams that are ground with EXACTLY the same lift and duration and still ge…

Baca Selengkapnya »

Yamaha Mio Fino 2012, Kuat Napas Bawah!

<div class="details-subtitle">Modif Yamaha Mio Fino, 2012 (Jakarta)</div><h2 class="details-title"><br /></h2><div style="text-align: justify;"> <div style="text-align: center;"><img alt="" border="0" src="http://gambar.otomotifnet.com/Kanal%20MOTOR/Modifikasi/2012/07-Juli/20120713_FINO-1.jpg" /><br /> </div><span style="font-weight: bold;">Yamaha</span> Mio Fino geberan Bram Prasetya ini seakan ‘terbang’ setelah keluar tikungan. Power bawah yang diusung tergolong dahsyat. Turun di kelas FFA s/d 350 cc, podium kerap diinjaknya. Padahal, kapasitas engine baru sentuh 232 cc, lho.<br /><br />Volume silinder yang tergolong kecil untuk kelas FFA ini, muncul dari pemakaian diameter piston Honda Tiger. “Pakai punya Tiger yang diameternya sudah 66 mm,” ujar Mansuri, selaku tunner tim CLD Em-Push Jet-Up Apry Yostar, tempat Bram bernaung.<br /><br />Tetapi piston Tiger itu juga tidak dibiarkan bentuknya. Suri melakukan sedikit modif di dinding piston. Tepatnya di sekitar lubang. Tujuannya buat menambah jalur oli. Sehingga friksi antara piston dengan liner jadi minim.<br /><br />Selain dari piston, kapasitas 232 cc ini juga dikejar lewat langkah naik stroke. Stroke dinaikkan melalui metode geser big end. Pen kruk as alias big end digeser maju 5 mm. Total, naik-turun jadi 10 mm.<br /><br />Tapi, Suri, begitu tunner ini ingin disapa, tetap mengaplikasi setang seher standar milik Fino. Akibatnya, doi kudu membobok dinding crankcase bagian bawah. Tepatnya, dekat pompa oli. “Kalau enggak dibobok, bisa mentok kruk as dengan crankcase,” sebut pria yang kental logat Betawi ini sembari bilang crackcase itu dibobok sekitar 4 mm.<br /><br />Toh cara ini lebih dipilihnya setelah melakukan beberapa percobaan. Iya, sebelumnya doi pernah pakai setang seher yang punya diameter big end lebih kecil. Jadi, posisi pen tak terlalu maju. “Tapi, cara itu enggak awet. Kruk as sering melintir. Namun kalau tetap pakai setang Mio, enggak ada masalah tiap habis balap,” sebutnya.<br /> <div style="text-align: center;"><img alt="" border="0" src="http://gambar.otomotifnet.com/Kanal%20MOTOR/Modifikasi/2012/07-Juli/20120713_FINO-2.jpg" /><br /> </div>Besarnya diameter piston dan volume silinder yang diaplikasi, Suri mengimbanginya lewat pemakaian klep gambot yang punya diameter batang klep 5,5 mm. Pakai klep EE5, diameter payung klep in bermain di angka 34 mm. Sedang klep buang alias ex, 29 mm.<br /><br />Kinerja buka-tutup klep pun diatur ulang lewat kem CLD yang bagian bumbungannya dipapas 1,5 mm. “Kalau untuk durasi klep in 278º dan klep ex 277º,” kata tunner kelahiran 1979 itu.<br /><br />Lewat pemapasan kepala silinder 1,5 mm, kini rasio kompresi yang diusung bermain di 13,8 : 1. Wah, pantas aja power bawahnya besar!<br /><br />Sebagai pengabut bahan bakar dan udara, Suri andalkan karburator Mikuni TMR 28 mm. Pilot-jet pakai 35 dan main- jet 135. Wah, kenapa tak pakai Keihin PE aja? “Kata jokinya, keluar tikungan jadi lebih spontan,” tutup Mansuri. <a href="http://motorplus.otomotifnet.com/"><span style="font-weight: bold;">(motorplus-online.com)</span></a><br /><br /><span style="font-weight: bold;"> </span><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-weight: bold;">DATA MODIFIKASI</span><br style="font-weight: bold;" /><span style="font-weight: bold;">Ban: Battlax 80/90-16</span><br style="font-weight: bold;" /><span style="font-weight: bold;">Disc brake: Daytona</span><br style="font-weight: bold;" /><span style="font-weight: bold;">Sok belakang: Daytona</span><br style="font-weight: bold;" /><span style="font-weight: bold;">Roller: CLD 10 & 12 gram</span><br style="font-weight: bold;" /><span style="font-weight: bold;">Knalpot: Jet-Up</span></span><span style="font-weight: bold;"> </span> </div>

Yamaha Mio Fino 2012, Kuat Napas Bawah!

Modif Yamaha Mio Fino, 2012 (Jakarta) Yamaha Mio Fino geberan Bram Prasetya ini seakan ‘terbang’ setelah keluar tikungan. Power bawah yang diusung tergolong dahsyat. Turun di kelas FFA s/d 350 cc, podium kerap diinjaknya. Padahal, kapasitas…

Baca Selengkapnya »

Yamaha Jupiter-Z, Jagoan 15 Ribuan

<h3 class="post-title entry-title"><br /></h3><div class="postmeta-primary"><span class="meta_date"></span><br /><span class="meta_comments"></span></div><div style="text-align: center;"><img alt="" border="0" src="http://www.otomotifnet.com/spaw/uploads/image/Kanal%20MOTOR/Modifikasi/2011/12-Desember/20111220-jupiterjagoan_1.jpg" /></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Khusus main 15 ribuan. Itu bahasa gaul anak balap liar. Kalau diterjemahkan, artinya khusus melayani taruhan Rp 15 jutaan. Jadi, kalau tidak berani, enggak usah menantang. Mundur aje! </div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Itu angka minimal taruhan menggunakan Yamaha Jupiter-Z korekan Bambang ini. Dia pemilik bengkel Putra Raja Sport (PRS) di Jl. Raya Pondok Gede No. 3 Bekasi. </div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Untuk meningkatkan power mesin, sudah pasti langkah bore up dan stroke  up ditempuh. Di Yamaha Jupiter-Z milik antok ini, Bambang memasang seher kepunyaan Kawasaki Eliminator.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Diameter seher motor asli keluaran Thailand ini dipilih yang punya ukuran 66 mm. Bambang kemudian memadukan dengan naik stroke agar jadi square. Artinya diameter seher dan langkah sehernya tidak jauh berbeda alias sama.      </div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Antok yang tinggal di Jakara Timur itu juga setuju dengan konsep ini. Bro yang tidak tanggung menyerahkan 2 motor,  salah satunya Jupiter Z ini, manut saja. Yang penting motornya kencang.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Agar mesin jadi square, stroke atau langkah piston yang asalnya 54 mm dibuat jadi 66 mm. Geberan Asep Bajaj ini, untuk naik stroke dipadukan dengan setang seher punya Yamaha RX-King.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Dipilih pakai yang punya motor 2-tak, karena ukuran pen bawah lebih kecil. Diameter pen hanya  20 mm. “Kadang setang seher gonti-ganti antara setang piston Force 1 atau RX-King. Tinggal disesuaikan sedikit," akunya. </div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: center;"><img alt="" border="0" src="http://www.otomotifnet.com/spaw/uploads/image/Kanal%20MOTOR/Modifikasi/2011/12-Desember/20111220-jupiterjagoan_2.jpg" /></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Dengan aplikasi seher 66 mm dan stroke 66, bisa dihitung. Kapasitas silindernya kini naik jadi 225 cc. Namun supaya pas, Bambang yang beken disapa Tolet ini harus mengganjal blok silinder dengan paking aluminium setebal 7 mm. </div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Karena kapasitas silinder juga bengkak, suplai gas bakarnya harus melimpah-ruah. Tolet percaya menggunakan katup EE yang diameter payung klep isapnya 31 mm.  </div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Termasuk kem sebagai pengatur buka-tutup aliran gas bakar diatur ulang.  Meski pakai standar namun diubah. Klep isap dibuat membuka 25 derajat sebelum TMA (Titik Mati Atas) dan menutup 60 derajat setelah TMB (Titik Mati Bawah). </div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Sedangkan klep out diseting membuka pada 55 derajat sebelum TMB  dan menutup 30 derajat setelah TMA. Jadi, durasi klep isap dan buang sama-sama 265 derajat.  </div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Untuk karburatornya,  mekanik kalem ini tetap mengandalkan karbu standar Jupiter-Z. Namun harus dilakukan reamer. Termasuk skepnya, mengandalkan milik Honda GL-Pro. Asalnya skep 19 mm kini jadi 24 mm. </div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Untuk bermain di trek panjang, rasio dilakukan penggantian pada gigi 1, 2, dan 4.  Gigi 1 13/36, gigi 2 26/27 dan gigi 4  20/24. Sproket depan-belakang fleksibel sesuai trek. </div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Hasilnya terbukti, racikan Tolet mampu menang berkali-kali di trek lurus malam hari. Kalau dihitung, sudah banyak hasilnya. Enggak hanya di wilayah Jabodetabek saja, bahkan sampai luar Jabodetabek. “Rata-rata main di atas 15 ribuan," bisik Tolet yang singkatan dari Ngentholet, seperti nama pemain dari Srimulat. </div>

Yamaha Jupiter-Z, Jagoan 15 Ribuan

Khusus main 15 ribuan. Itu bahasa gaul anak balap liar. Kalau diterjemahkan, artinya khusus melayani taruhan Rp 15 jutaan. Jadi, kalau tidak berani, enggak usah menantang. Mundur aje! Itu angka minimal taruhan menggunakan Yamaha Jupiter-Z korekan B…

Baca Selengkapnya »

Info Pengapian Skutik Bore-up 150 cc

<h2 class="entry-title"><br /></h2><div class="entry-meta"> <span class="meta-prep meta-prep-author"></span><span class="by-author"><span class="author vcard"><br /></span> </span> </div><div style="text-align: justify;">Selain kualitas api, timing pengapian sangat mempengaruhi dalam pencapaian power maupun torsi yang optimal. Meski dapur pacu sudah dioprek ekstrem (termasuk bore-up), settingan mesin tepat, namun titik pengapian di tiap putaran mesin belum pas, hasilnya belum tentu bisa maksimal.</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333;"><strong>BANYAK FAKTOR</strong></span></div><div style="text-align: justify;">Makanya di kuda pacu kompetisi, mekanik umumnya mengganti otak pengapian yang timingnya bisa dimapping ulang atau sering disebut CDI programmable. Minimal pakai CDI model fiks yang kurva pengapiannya sudah diubah lebih advance di beberapa titik putaran mesin.</div><div style="text-align: justify;">“Tapi hasilnya akan lebih baik lagi kalau pakai CDI programmable. Karena korekan mesin tiap motor beda-beda. Sehingga timing pengapiannya belum tentu sama atau pas dengan kebutuhan mesin jika pakai CDI tipe fiks,” kata Suar, mekanik BRT Racing.<span id="more-222"></span></div><div style="text-align: justify;">Sebab, masih kata Suar, banyak faktor bisa pengaruhi timing pengapian. Misal kompresi, korekan (termasuk pembesaran kapasitas silinder) atau portingan mesin, ubahan kem, jetting karbu hingga pemakaian bahan bakar.</div><div style="text-align: justify;">Toh, CDI model ini (programmable) untuk skutik sudah cukup banyak di pasaran. Paling mudah ditemui merek BRT tipe I-Max. Tertarik mengaplikasinya di skutik bore-up Anda? Tenang, Suar mau bagi-bagi tips buat mapping timing pengapiannya. Khususnya untuk Mio bore-up 150 cc.</div><div style="text-align: justify;">Sebab dari hasil riset yang ia lakukan pada skutik Garputala dengan pembesaran kapasitas segitu, berhasil mengerek tenaga mesinnya hingga 14,6 dk dengan torsi mencapai hampir 13 Nm. Tanpa mengatur ulang timing pengapiannya, mungkin hasilnya tidak akan mencapai segitu.</div><div style="text-align: justify;">Tapi sebelum memasuki tahap ini (remapping), pastikan settingan mesin sudah pas dulu. Dan untuk mendapat hasil lebih mantap lagi, sebaiknya penyetelan timing dilakukan sembari motor didyno. Karena perubahan tenaga dan torsi bisa ketahuan lewat grafik dynonya. Sehingga di mana letak kekurangannya, bisa akurat terlacak lalu diperbaiki timing pengapiannya.</div><div style="text-align: justify;"><strong>Beda korekan, mapping-nya juga akan beda</strong></div><div style="text-align: justify;">“Tapi bisa juga kok tanpa dyno alias diuji langsung dengan cara merasakan akselerasi motor. Asalkan si joki peka mencermati di putaran berapa lari motornya terasa kurang,” tukasnya. Oh iya, soal pilihan CDI BRT I-Maxnya, kata Suar cukup tebus NEO I-Max 16 step seharga Rp 860 ribu.</div><div style="text-align: justify;">Pada CDI ini, kurva pengapian bisa setting per 100 rpm. Kurva bawaannya untuk Mio standar di putaran 2.500 rpm disetting oleh PT Trimentari Niaga selaku produsennya di titik 32º sebelum TMA. Lalu beranjak ke 3.000 hingga sebelum 5.000 rpm, timingnya diset lebih maju 1º, yakni jadi 33º sebelum TMA. Kemudian di 6.000 sampai 6.700 rpm dibikin lebih maju 2º (jadi 35º).</div><div style="text-align: justify;">Naik ke 6.800 – 7.000 rpm, timing diset 36º. Lalu di 7.100 dimundurin lagi 1º (jadi 35º). Sedang di 7.200 – 7.400 dibikin 36º, 7.600 rpm 34º, 7.700 – 9.000 rpm 35º, 9.200 hingga limit putaran diset 34º.</div><div style="text-align: justify;">Sementara buat Mio bore-up 150 cc dengan spek piston BRT hi-dome berdiameter 57,25 mm, rasio kompresi 12,5:1, kem custom berdurasi 270º, klep in/out 27/25 mm dibarengi porting inlet dan exhaust plus pakai bahan bakar Pertamax Plus buat kompetisi matic race sebagai berikut.</div><div style="text-align: justify;">Hingga putaran 2.500 rpm, timing diset 30º sebelum TMA. Lalu di 3.500 – 9.000 rpm dimajukan jadi 38º. Sementara masuk ke 9.500 – 10.000 dibikin 37º, lalu di 10.300 – 12.800 diset 36º. Sedang di 14.000 rpm dan seterusnya dimundurin lagi jadi 35º. “Ini hanya untuk acuan saja. Untuk korekan harian, mungkin timingnya tidak segitu. Tinggal diubah sampai didapat hasil maksimal,” wanti Suar.</div><div style="text-align: justify;">Untuk penyetelan secara konvensional (tanpa dyno), lanjut Suar, patokan penyetelan timing di putaran bawahnya bila motor motor dirasakan kurang mengentak, yakni mulai dari 2.500 sampai di putaran 5.000. Sementara di putaran tengah dari 5.500 sampai 8.000 rpm. Selebihnya untuk putaran atas.</div><div style="text-align: justify;">“Perubahan timing sebaiknya dilakukan secara bertahap per 1º. Bisa dimajukan atau dimundurin. Pokoknya sampai dirasakan laju motor jadi lebih baik,” terangnya.</div>

Info Pengapian Skutik Bore-up 150 cc

Selain kualitas api, timing pengapian sangat mempengaruhi dalam pencapaian power maupun torsi yang optimal. Meski dapur pacu sudah dioprek ekstrem (termasuk bore-up), settingan mesin tepat, namun titik pengapian di tiap pu…

Baca Selengkapnya »

Tips Mio Bore Up

<div class="navigation" id="nav-above"><br /></div><h2 class="entry-title"><br /></h2><div class="entry-meta"> <span class="meta-prep meta-prep-author"></span><span class="by-author"><span class="author vcard"><br /></span> </span> </div><div style="text-align: justify;">Punya Mio tapi mesin STD, punya niat di Bore-up 150cc tapi takut boros ? klo kata gua sih MIO di Bore-Up malah makin irit loh, kenapa bisa irit? Soalnya sekali loe pelintir gas dikit bangget motor dah lari, dan konsumsi bahan baker semakin irit, Tenaga Gede tapi Bensin Irit, Nah loh ternyata Mio di Bore-Up bikin irit ye,hehehehehe. So ayo Bore-up Mio loe biar makin Gaul and kenceng Nah pas loe mau Bore-Up Mio loe,loe malah bingun apa aja si yang harus loe ganti ?. Hmmmm gua kasih TIPS nya nih, apa aja part yg kudu loe ganti biar si MIO loe jadi 150cc Ganti Piston Size 57mm Ini cara yang simple buat ngedongkrak si mio biar jadi 150cc, Seher STD mio ber-dimeter 50mm dan pin seher 15mm.</div><div style="text-align: justify;"><img alt="Tips Mio Bore Up" class="aligncenter size-full wp-image-63" src="http://irawatyhadi.files.wordpress.com/2011/06/tips-mio-bore-up.jpg?w=640" title="Tips Mio Bore Up" /></div><div style="text-align: justify;">Nah buat ngedongkrak jadi 150cc, loe bisa aplikasiin seher dari motor Honda Gl-Pro Neotec yang berdiamater 57mm dan diameter pin seher nya 15mm. Harga nih seher ga terlalu mahal kok, klo seher Original Honda lengkap mulai dari seher,ring,pen,klip ga sampe 200 RB kok. Nah pas loe udah ganti pake seher Neoteck, total cc mio loe jadi 147.67cc and bisa di bulletin jadi 150cc. Cukup simple kan ga perlu beli seher after market yang harganya bisa bikin loe jadi kangker (kantor kering.heheheheh) Selain pake seher Neoteck, loe bisa aplikasiin juga seher Thunder 125cc yang diameter sehernya sama kaya Honda Neoteck yaitu 57mm. Cuman bedanya diameter pin seher nya 14mm, beda sama punya Neoteck yg 15mm. klo pake seher Thunder 125cc, cukup ribet juga klo mau Plug And Play. Loe kudu ke tukang bubut buat ngebesarin lubang pen thunder yg semula 14mm ke 15mm. Perbesar Piston + Naik Stroke kombinasi nambah diameter piston dengan menjejalkan yang ukuran 54,5.</div><div style="text-align: justify;"><img alt="Tips Mio Bore Up" class="aligncenter size-full wp-image-64" src="http://irawatyhadi.files.wordpress.com/2011/06/tips-mio-bore-up1.jpg?w=640" title="Tips Mio Bore Up" /></div><div style="text-align: justify;">Sedang buat tambah panjang langkah, ukuran total 6 mm (sesuai aturan maksimal naik stroke) dianggap yang paling pas. Pasalnya bila dimasukkan ke dalam rumus, hasil perkalian dan pembagiannya ketemu kapasitas mesin jadi 148,99 cc.Dibanding hanya dengan menaikkan kapasitas mesin, pengerjaan pada langkah ke-2 ini lebih lama.Aplikasi ini tak perlu pakai ganti boring, namun penyesuaian pin perlu dilakukan pada beberapa piston yang bisa digunakan. Seperti seher bawaan Yamaha Jupiter dan Kawasaki Kaze yang diameternya 13 mm. Kalau pasangnya piston Suzuki Shogun atau Yamaha Jupiter MX, gak perlu ganti pin.</div>

Tips Mio Bore Up

Punya Mio tapi mesin STD, punya niat di Bore-up 150cc tapi takut boros ? klo kata gua sih MIO di Bore-Up malah makin irit loh, kenapa bisa irit? Soalnya sekali loe pelintir gas dikit bangget motor dah lari, dan konsumsi ba…

Baca Selengkapnya »

Bocoran Setingan Balap Liar Buat Pemilik Suzuki Satria fu150

<br /><div class="entry-meta"> <span class="meta-prep meta-prep-author">Posted on</span> <a href="http://irawatyhadi.wordpress.com/2011/12/17/bocoran-seting-balap-liar-buat-pemilik-suzuki-satria-fu150/" rel="bookmark" title="12:17 pm"><span class="entry-date">Desember 17, 2011</span></a> <span class="by-author"><span class="sep">by</span> <span class="author vcard"><a class="url fn n" href="http://irawatyhadi.wordpress.com/author/antojahirds/" rel="author" title="Tampilkan semua tulisan oleh Siswanto">Siswanto</a></span> </span> </div><div style="text-align: justify;"><img alt="Bocoran Settingan Balap Liar Buat Pemilik Suzuki Satria fu 150" class="alignleft size-full wp-image-295" src="http://irawatyhadi.files.wordpress.com/2011/12/bocoran-settingan-balap-liar-buat-pemilik-suzuki-satria-fu-150.jpg?w=640" title="Bocoran Settingan Balap Liar Buat Pemilik Suzuki Satria fu 150" />Nah, buat yang mau mencoba sensasi balap liar tapi apa daya motor juga dibuat harian atau di buat untuk kepasar, hehehe… jangan kuatir, silahkan simak tips modifikasi mesin ini…</div><div style="text-align: justify;">Mesin Suzuki Satria yang berkapasitas 150cc hasil dari kombinasi piston diameter 62mm dan stroke 48,8mm dengan perbandingan kompresi 10,4 ini harus kita rombak spesifikasi-nya jika anda memang berniat menjadi raja jalanan. Yang pertama harus dilakukan adalah… Siapin uang dulu! kalau tidak ada uang mana bisa modif…</div><div style="text-align: justify;">Ok lah, saya anggap uang sudah ditangan. Selanjutnya kita akan merubah spek mesin menjadi stroke 61,8mm hasil dari stroke standar yang dinaikkan langkahnya 6,5mm dan piston 65mm merek hispeed yang sudah ada coakan klep buat 4klep.</div><div style="text-align: justify;"><span id="more-294"></span>Nah, kapasitas begini sudah bisa buat balap drag resmi di kelas bebek 4tak sampai dengan 200cc “FFA” Mantaff…!!!<br />Oya, jangan lupa stroke yang naik 6,5mm ini membutuhkan paking blok bawah aluminium setebal 4,5mm. Kemudian piston di buat jenong dengan ketinggian 1mm saja lalu pangkas head sebanyak 0,5mm.</div><div style="text-align: justify;">Ngomongin head pasti ngomongin klep juga… Langsung aja hajar klep standar (23-19) dengan klep ukuran 25 intake dan 21 exhaust. Kalo ada kesulitan di bagian ini bisa langsung kontak saya untuk bantuan dan pemesanan.</div><div style="text-align: justify;">Kemudian jangan lupa juga noken as di modif sehingga memiliki lift 7,8mm dengan durasi 280 intake dan 276 exhaust. Langkah berikutnya, masih seputaran head, jangan lupa porting in dan ex menjadi lingkaran, kan standar nya oval… Porting dengan diameter saluran intake 28mm dan exhaust 27mm.</div><div style="text-align: justify;">Untuk pegas klep pakai standar saja karena masih cukup kuat koq. Masalah penyaluran tenaga dan per kopling, bisa diganti dengan produk racing.</div>

Bocoran Setingan Balap Liar Buat Pemilik Suzuki Satria fu150

Posted on Desember 17, 2011 by Siswanto Nah, buat yang mau mencoba sensasi balap liar tapi apa daya motor juga dibuat harian atau di buat untuk kepasar, hehehe… jangan kuatir, silahkan simak tips modifikasi mesin ini……

Baca Selengkapnya »

Yamaha Jupiter MX Bore Up dan Stroke Up 215cc

<h2 class="entry-title"><br /></h2><div class="entry-meta"> <span class="meta-prep meta-prep-author"></span><span class="by-author"><span class="author vcard"><br /></span> </span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Alhamdulillah kali ini saya coba bikin artikel mengenai Yamaha Jupiter MX Bore Up dan Stroke Up 215cc.!!</div><div style="text-align: justify;">Yamaha Jupiter MX 135LC milik Dedy Wahyudi ini sudah 215 cc. Untuk mencapai kapasitas 215 cc, tentu harus main bore up dan stroke up. Paling pertama dilakukan bore up dengan cara menggunakan seher piston CBR 150R oversize 250. Jadi, diameternya 66 mm.</div><div style="text-align: justify;"><img alt="Yamaha Jupiter MX Bore Up dan Stroke Up 215cc" class="aligncenter size-full wp-image-399" src="http://irawatyhadi.files.wordpress.com/2012/07/yamaha-jupiter-mx-bore-up-dan-stroke-up-215cc.jpg?w=640" title="Yamaha Jupiter MX Bore Up dan Stroke Up 215cc" /></div><div style="text-align: justify;">Boring pun ikut diganti pakai punya Honda Tiger. “Supaya piston bisa masuk ke silinder blok,” jelas Kiki Pramono asal bengkel Nusantara Motor di Jl. Ciledug Raya, Gg Langgar, No. 55, Tangerang.</div><div style="text-align: justify;">Menggunakan seher dan boring segede itu, dipastikan mengganggu water jacket atau saluran air pendingin. Supaya tetap menggunakan pendingin air, ditutup dan dibikin jalur baru. Masuk dari atas dan keluar dari bawah.</div><div style="text-align: justify;">Setelah itu disusul main stroke up. Supaya langkah lebih panjang, posisi pusat big end digeser 2 mm. Naik-turun 2 mm, jadinya stroke total bertambah 4 mm. Sehingga total langkah piston kini 62,7 mm.</div><div style="text-align: justify;">Jadinya bisa dihitung kapasitas silindernya. Dari diameter seher 66 mm dan stroke 62,7 mm. Volume silinder kini 214,4 cc, atau kalau digenapkan jadi 215 cc.</div><div style="text-align: justify;">Namun akibat naik stroke dan diikuti pemakaian setang seher asli Kawasaki Ninja 150R, dipastikan posisi blok harus diganjal. Dimaksudkan agar seher tidak mentok kepala silinder. Apalagi setang milik Ninja lebih panjang 4 mm.</div><div style="text-align: justify;">Abas, panggilan akrab Dedy Wahyudi menggunakan paking tebal dari bahan duralium. “Tebal paking ini 6 mm,” jelas Abas dan Kiki kompak.</div><div style="text-align: justify;"><img alt="Yamaha Jupiter MX Bore Up dan Stroke Up 215cc" class="aligncenter size-full wp-image-400" src="http://irawatyhadi.files.wordpress.com/2012/07/yamaha-jupiter-mx-bore-up-dan-stroke-up-215cc1.jpg?w=640" title="Yamaha Jupiter MX Bore Up dan Stroke Up 215cc" /></div><div style="text-align: justify;">Untuk mengimbangi silinder yang sudah bengkak, klep isap dan buang diganti. Pakai yang ukuran payungnya lebih lebar. Dipilih klep yang punya kode EE, aslinya klep ini milik Mitsubishi Lancer. Standarnya klep ini punya ukuran 31 mm untuk klep isap dan 25 mm untuk ex.</div><div style="text-align: justify;">Namun dipasang di head MX dibikin kecil. Klep isap dibuat 26 mm dan ex 23 mm. “Pemakain klep EE dirasa lebih kuat karena batangnya 5 mm dan panjang klep bisa diatur dengan cara dibubut,” tambah mekanik yang berbadan subur itu.</div><div style="text-align: justify;">Selain itu, pengabut bahan bakar diganti yang lebih gede. Aplikasi karbu Keihin PE 28 yang direamer jadi 31 mm. Diseting dengan aplikasi main-jet 150 dan pilot-jet 58.</div><div style="text-align: justify;">Kemudian pengapian dibikin total loss. “Magnet dibubut agar ringan dibikin jadi 750 gram,” jelas Kiki yang biasa dipanggil Kidut Geboy itu.</div><div style="text-align: justify;">Untuk mengatur timing pengapian dipilih CDI BRT I-Max. Klop dipadukan dengan koil YZ orisinal. “Selain api pembakaran lebih besar, torsi lebih cepat dan tarikan atas sampai bawah ngisi terus,” tegas Abas.</div><div style="text-align: justify;">Pekerjaan terakhir benahi aliran gas buang. Knalpot orisinil diganti. Sebagai gantinya, dipakai jenis model free flow buatan sendiri. “Knalpot sangat berpengaruh pada power mesin. Karena pembuangan akhir mesin yaitu dilubang pembuangan,” tutup Abas yang rambutnya beruban itu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h2 class="entry-title"><a href="http://situs-ototrend.blogspot.com/paket-bore-up-yamaha-jupiter-mx-135-cukup-150cc-buat-harian/" rel="bookmark">Paket Bore Up Yamaha Jupiter MX 135 Cukup 150cc Buat Harian</a></h2><div class="entry-meta"> <span class="meta-prep meta-prep-author"></span><span class="by-author"><span class="author vcard"><br /></span> </span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Assalamuallaikum warrahmatullah,,,</div><div style="text-align: justify;">Apa kabar mas bro semua….sudah sangat….sangat lama sekali saya rasanya sudah tidak berinteraksi dengan blog maupun dengan mas bro semua….jujur rasa kehilangan sedikit saya rasakan….hihihi…maklum mas bro…disibukkan oleh kehidupan dunia nyata….Bersyukur kita masih bisa bergembira berbagi ceria dalam memodifikasi mesin motor, kali ini paket Bore Up menjadi tema utama modifikasi pada tahun 2012.!!</div><div style="text-align: justify;"><img alt="Paket Bore Up Yamaha Jupiter MX 135 Cukup 150cc Buat Harian" class="aligncenter size-full wp-image-392" src="http://irawatyhadi.files.wordpress.com/2012/07/paket-bore-up-yamaha-jupiter-mx-135-cukup-150cc-buat-harian.jpg?w=640" title="Paket Bore Up Yamaha Jupiter MX 135 Cukup 150cc Buat Harian" /></div><div style="text-align: justify;">Meski kapasitas mesin Yamaha Jupiter MX 135 sudah cukup besar (135 cc), tapi banyak pemiliknya yang ingin bore-up. Alasannya, “Biar tarikan bawah gak berat dan lebih gigit. Sebab tarikan awal itu penting buat unjuk gigi,”</div><div style="text-align: justify;">Nah, untuk mengatasi problem seperti di atas, Kami pun lantas cari solusi. Akhirnya, berhasil mendata beberapa bengkel racing yang menawarkan paket mengatrol tenaga bebek super ini.</div><div style="text-align: justify;"><em><strong>Berikut ini, beberapa bagian penting yang mesti diubah :</strong></em></div><div style="text-align: justify;"><strong><em>Piston.</em></strong></div><div style="text-align: justify;">Seperti biasa diganti yang diameternya lebih besar. Pilihannya, ada seher Suzuki Thunder 125, Honda Tiger, Yamaha V-Ixion dan Yamaha Scorpio Z. “Sebenarnya bore-up pakai piston Thunder 125 sudah bisa melonjakkan kapasitas mesin jadi 150 cc, dan itu pas untuk pemakaian harian. Lebih dari itu pasti kurang enak dan getaran mesin terasa sekali. Kecuali buat balap, ya.</div><div style="text-align: justify;">Kalau di ajang drag race, biasanya pakai seher Honda Tiger, volume mesin pun terkatrol jadi 250 cc dan jika memilih Yamaha Scorpio Z lebih gila lagi, kapasitas mesin langsung membengkak jadi 300 cc. Sayang kan, kalau buat harian.</div><div style="text-align: justify;"><img alt="Paket Bore Up Yamaha Jupiter MX 135 Cukup 150cc Buat Harian" class="aligncenter size-full wp-image-393" src="http://irawatyhadi.files.wordpress.com/2012/07/paket-bore-up-yamaha-jupiter-mx-135-cukup-150cc-buat-harian1.jpg?w=640" title="Paket Bore Up Yamaha Jupiter MX 135 Cukup 150cc Buat Harian" /></div><div style="text-align: justify;">Tapi ada juga yang memasang satu set blok Yamaha V-Ixion berikut seher, ring, pen dan pakingnya. Hasilnya sama kayak pakai seher Thunder. Bedanya, gak perlu mengubah mesin, jadi kalau mau bikin standar lagi lebih gampang.</div><div style="text-align: justify;"><strong><em>Koil dan CDI Racing.</em></strong></div><div style="text-align: justify;">Ikut dimaksimalkan lewat pengaplikasian produk aftermarket. “Ini demi meningkatkan lompatan bunga api di busi. Agar kerja mesin lebih ringan dan optimal.</div><div style="text-align: justify;"><img alt="Paket Bore Up Yamaha Jupiter MX 135 Cukup 150cc Buat Harian" class="aligncenter size-full wp-image-394" src="http://irawatyhadi.files.wordpress.com/2012/07/paket-bore-up-yamaha-jupiter-mx-135-cukup-150cc-buat-harian2.jpg?w=640" title="Paket Bore Up Yamaha Jupiter MX 135 Cukup 150cc Buat Harian" /></div><div style="text-align: justify;">CDI pun banyak ragamnya, bisa pilih Rextor, BRT, FCCI dari Thailand, bahkan ada yang memakai CDI punya Yamaha Mio (standar). Untuk koil, tipe favorit dari para jago kilik ini tetap memilih koil Yamaha YZ 125 .“Api busi lebih besar, mengimbangi pembakaran di ruang mesin yang besar dan efeknya, tarikan juga lebih gahar, tuh!”</div><div style="text-align: justify;"><em><strong>Karburator dan Knalpot.</strong></em></div><div style="text-align: justify;">Peranti pengabut juga penting mengadopsi tipe racing. “Umumnya karbu yang dipilih tetap pada PE berventuri 28 mm. Selain relatif lebih terjangkau, sentakan tenaga yang dihasilkan juga lumayan galak.</div><div style="text-align: justify;"><img alt="Paket Bore Up Yamaha Jupiter MX 135 Cukup 150cc Buat Harian" class="aligncenter size-full wp-image-396" src="http://irawatyhadi.files.wordpress.com/2012/07/paket-bore-up-yamaha-jupiter-mx-135-cukup-150cc-buat-harian4.jpg?w=640" title="Paket Bore Up Yamaha Jupiter MX 135 Cukup 150cc Buat Harian" /></div><div style="text-align: justify;">Sedang knalpot sebagai pendukung kinerja dapur pacu lebih mantap turut mengandalkan model kompetisi. “Kalo tipe racing, pada bagian dalam silencer-nya sengaja didesain tidak terlalu banyak sekat atau saringan, sehingga gas buang pun keluar lebih plong.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div>

Yamaha Jupiter MX Bore Up dan Stroke Up 215cc

Alhamdulillah kali ini saya coba bikin artikel mengenai Yamaha Jupiter MX Bore Up dan Stroke Up 215cc.!!Yamaha Jupiter MX 135LC milik Dedy Wahyudi ini sudah 215 cc. Untuk mencapai kapasitas 215 cc, tentu harus main bore up …

Baca Selengkapnya »

Info Pengapian Skutik Bore-up 150 cc

<br /><div class="entry-meta"> <span class="meta-prep meta-prep-author"></span><span class="by-author"><span class="author vcard"><br /></span> </span> </div><div style="text-align: justify;">Selain kualitas api, timing pengapian sangat mempengaruhi dalam pencapaian power maupun torsi yang optimal. Meski dapur pacu sudah dioprek ekstrem (termasuk bore-up), settingan mesin tepat, namun titik pengapian di tiap putaran mesin belum pas, hasilnya belum tentu bisa maksimal.</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333;"><strong>BANYAK FAKTOR</strong></span></div><div style="text-align: justify;">Makanya di kuda pacu kompetisi, mekanik umumnya mengganti otak pengapian yang timingnya bisa dimapping ulang atau sering disebut CDI programmable. Minimal pakai CDI model fiks yang kurva pengapiannya sudah diubah lebih advance di beberapa titik putaran mesin.</div><div style="text-align: justify;">“Tapi hasilnya akan lebih baik lagi kalau pakai CDI programmable. Karena korekan mesin tiap motor beda-beda. Sehingga timing pengapiannya belum tentu sama atau pas dengan kebutuhan mesin jika pakai CDI tipe fiks,” kata Suar, mekanik BRT Racing.<span id="more-222"></span></div><div style="text-align: justify;">Sebab, masih kata Suar, banyak faktor bisa pengaruhi timing pengapian. Misal kompresi, korekan (termasuk pembesaran kapasitas silinder) atau portingan mesin, ubahan kem, jetting karbu hingga pemakaian bahan bakar.</div><div style="text-align: justify;">Toh, CDI model ini (programmable) untuk skutik sudah cukup banyak di pasaran. Paling mudah ditemui merek BRT tipe I-Max. Tertarik mengaplikasinya di skutik bore-up Anda? Tenang, Suar mau bagi-bagi tips buat mapping timing pengapiannya. Khususnya untuk Mio bore-up 150 cc.</div><div style="text-align: justify;">Sebab dari hasil riset yang ia lakukan pada skutik Garputala dengan pembesaran kapasitas segitu, berhasil mengerek tenaga mesinnya hingga 14,6 dk dengan torsi mencapai hampir 13 Nm. Tanpa mengatur ulang timing pengapiannya, mungkin hasilnya tidak akan mencapai segitu.</div><div style="text-align: justify;">Tapi sebelum memasuki tahap ini (remapping), pastikan settingan mesin sudah pas dulu. Dan untuk mendapat hasil lebih mantap lagi, sebaiknya penyetelan timing dilakukan sembari motor didyno. Karena perubahan tenaga dan torsi bisa ketahuan lewat grafik dynonya. Sehingga di mana letak kekurangannya, bisa akurat terlacak lalu diperbaiki timing pengapiannya.</div><div style="text-align: justify;"><strong>Beda korekan, mapping-nya juga akan beda</strong></div><div style="text-align: justify;">“Tapi bisa juga kok tanpa dyno alias diuji langsung dengan cara merasakan akselerasi motor. Asalkan si joki peka mencermati di putaran berapa lari motornya terasa kurang,” tukasnya. Oh iya, soal pilihan CDI BRT I-Maxnya, kata Suar cukup tebus NEO I-Max 16 step seharga Rp 860 ribu.</div><div style="text-align: justify;">Pada CDI ini, kurva pengapian bisa setting per 100 rpm. Kurva bawaannya untuk Mio standar di putaran 2.500 rpm disetting oleh PT Trimentari Niaga selaku produsennya di titik 32º sebelum TMA. Lalu beranjak ke 3.000 hingga sebelum 5.000 rpm, timingnya diset lebih maju 1º, yakni jadi 33º sebelum TMA. Kemudian di 6.000 sampai 6.700 rpm dibikin lebih maju 2º (jadi 35º).</div><div style="text-align: justify;">Naik ke 6.800 – 7.000 rpm, timing diset 36º. Lalu di 7.100 dimundurin lagi 1º (jadi 35º). Sedang di 7.200 – 7.400 dibikin 36º, 7.600 rpm 34º, 7.700 – 9.000 rpm 35º, 9.200 hingga limit putaran diset 34º.</div><div style="text-align: justify;">Sementara buat Mio bore-up 150 cc dengan spek piston BRT hi-dome berdiameter 57,25 mm, rasio kompresi 12,5:1, kem custom berdurasi 270º, klep in/out 27/25 mm dibarengi porting inlet dan exhaust plus pakai bahan bakar Pertamax Plus buat kompetisi matic race sebagai berikut.</div><div style="text-align: justify;">Hingga putaran 2.500 rpm, timing diset 30º sebelum TMA. Lalu di 3.500 – 9.000 rpm dimajukan jadi 38º. Sementara masuk ke 9.500 – 10.000 dibikin 37º, lalu di 10.300 – 12.800 diset 36º. Sedang di 14.000 rpm dan seterusnya dimundurin lagi jadi 35º. “Ini hanya untuk acuan saja. Untuk korekan harian, mungkin timingnya tidak segitu. Tinggal diubah sampai didapat hasil maksimal,” wanti Suar.</div><div style="text-align: justify;">Untuk penyetelan secara konvensional (tanpa dyno), lanjut Suar, patokan penyetelan timing di putaran bawahnya bila motor motor dirasakan kurang mengentak, yakni mulai dari 2.500 sampai di putaran 5.000. Sementara di putaran tengah dari 5.500 sampai 8.000 rpm. Selebihnya untuk putaran atas.</div><div style="text-align: justify;">“Perubahan timing sebaiknya dilakukan secara bertahap per 1º. Bisa dimajukan atau dimundurin. Pokoknya sampai dirasakan laju motor jadi lebih baik,” terangnya.</div>

Info Pengapian Skutik Bore-up 150 cc

Selain kualitas api, timing pengapian sangat mempengaruhi dalam pencapaian power maupun torsi yang optimal. Meski dapur pacu sudah dioprek ekstrem (termasuk bore-up), settingan mesin tepat, namun titik pengapian di tiap pu…

Baca Selengkapnya »

Tips Buat Mio Bore-Up

<h2 class="entry-title"><br /></h2><div class="entry-meta"> <span class="meta-prep meta-prep-author"></span><span class="by-author"><span class="author vcard"><br /></span> </span> </div>Sangat menarik untuk merancang mesin balap skubek atau skutik Kan balap skubek baru aja dipentas dua Minggu lalu di Sentul Kecil. Bahkan kabar bagusnya, tahun depan ada 4 seri lagi. Untuk itu sebagai persiapan rasanya perlu teori yang pas agar ada panduan dan tidak salah langkah.<br /> <img alt="dkf" class="aligncenter size-medium wp-image-208" height="300" src="http://irawatyhadi.files.wordpress.com/2011/08/dkf2.jpg?w=225&h=300" title="dkf" width="225" />x<br /> Paling menarik untuk dicermati kelas 150 cc. Di Yamaha Mio harus menggunakan piston 57 mm. Sedang stroke standar Mio yaitu 57,9 mm. Bagaimana menentukan ukuran klep dan besarnya karburator yang digunakan?<br /> Sebagai permulaan harus menentukan letak power di rpm berapa. Jadi, bukannya menentukan besarnya klep dulu.<br /> Peak power sekitar di 13.000 rpm untuk kelas 110 cc. Rata-rata tim lain bermain di 12.000 rpm. Biar gampang ditentukan di 12.000 rpm saja ya, maklum di skubek yang transmisi otomatis belum ada batasan. Juga karakter tenaga bagusnya di gasingan bawah.<br /> Juga mesti tahu dulu gas speed (GS) di lubang porting. Menurut referensi dari tuner luar negeri 80 meter/detik. Untuk motor balap Ibnu, yaitu 100-105 meter/detik. Angka ini menentukan homogenitas campuran bensin-udara. Jika kelewat gede atau kurang dari 80 m/detik akan tidak homogen.<br /> Kemudian mencari ukuran diameter inlet port. Menurut mekanik beken disapa Pakde itu, paling gampang bisa diukur dari diameter lubang inlet di kepala silinder yang ketemu dengan intake manifold.<br /> <strong>Untuk menentukan besarnya bisa lihat rumus:</strong><br /> Diameter Piston2<br />Gas Speed= ————————–x Piston Speed<br />Diameter Inlet Port2<br /> Piston Speed = (2 x stroke x rpm)/60.<br />Yamaha Mio punya stroke 57,9 mm (0,0579 meter). Pada gasingan 12.000 rpm, maka Piston Speed = (2 x 0,0579 x 12.000)/60 = 23,16 meter/detik. Nah, dari sini bisa menghitung diameter inletnya. Yaitu:<br /> Diameter Piston²<br />Diameter Inlet Port = √————————–x Piston Speed<br />Gas speed<br /> 0,057²<br />Diameter Inlet Port = √—————– x 23,16<br />100<br /> Diameter Inlet Port = 0,0274 meter = 27,4 m<br /> Nah, dari sana ketahuan bahwa diameter inlet port 27,4. Dari sini memang agak rumit jika mau tahu ukuran diemeter klep ideal. “Harus melalui rumus yang panjang dan perlu riset lama. Terutama tahu dulu diagram kerja noken as dan bikin pusing,” jelas Ibnu yang sarjana elektro sekaligus mesin itu.<br /> <strong>Diameter klep tergantung letak peak power yang anda mau.</strong><br /> Untuk itu Ibnu mau kasih rumus ringan. Katanya diameter inlet port itu untuk ukuran motor cc kecil, yaitu 0,85 x diameter klep isap. Maka diameter klep isap = Diameter Inlet Port/0,85 = 27,4/0,85 = 32 mm.<br /> Klep buang lebih kecil lagi. Besarnya berkisar 0,77 sampai dengan 0,80 x diameter klep isap. Jika diambil yang paling besar yaitu 0,80 x 32 = 25,6 mm. Nah, ini dirasa sangat besar jika klep isap 32 mm dan buang 26,6 mm. Rasanya seperti sangat susah dipasang pada kepala silinder yang hanya menggunakan piston diaemeter 57 mm.<br /> Tapi,rumus ini jika peak power ingin berada di 12.000 rpm. Untuk ukuran matik harusnya lebih rendah lagi. Kan transmisi otomatis (CVT) butuh tenaga galak di putaran bawah supaya cepat melesat.<br /> Jika tenaga bermain di gasingan 11.000 rpm klep isap 30,6 mm dan klep buang 24,5 mm. Kalau mau lebih rendah lagi misalnya di 10.000 rpm, maka klep isap 29,5 dan buang 23,6 atau 24 mm. Jadi, besarnya diameter klep tergantung dari letak peak power yang dimau.<br /> <strong>Venturi Karburator.</strong><br /> Menentukan besarnya venturi karburator juga bisa berpatokan dari perbandingan. Sebagai contoh diambil dari buku panduan flowbench merek Superflow SF-110/120. Perbandingannya 0,85 x diameter klep.<br /> <img alt="ser" class="aligncenter size-medium wp-image-206" height="157" src="http://irawatyhadi.files.wordpress.com/2011/08/ser.jpg?w=300&h=157" title="ser" width="300" /><br /> Sebagai contoh seperti di atas jika diameter klep isap 32 mm. Maka venturi karburator 32 x 0,85 = 27 mm. Namun dirasa susah mencari karburator ukuran 27 mm. Kalau mau lebih gampang, pilih aja yang 28 mm. Seperti Keihin PWK 28 misalnya.<br /> Artikel diatas, ditulis cara menentukan besarnya diameter lubang intake atau isap di skubek. Contohnya di Yamaha Mio. Tentunya harus ditentukan dulu letak peak power di rpm berapa yang anda mau.<br /> <strong>Batang klep. </strong><br /> Letak peak power atau tenaga puncak yang anda mau akan menentukan besarnya diameter lubang isap. Juga akan menentukan pemilihan diameter payung klep dan ukuran karburator yang diterapkan.<br /> Rupanya cara itu lumayan menarik perhatian skubeker yang doyang ngebut. Seperti Nugroho dari Surabaya. “Jika sudah tahu ukuran payung klep yang dipakai, kira-kira pakai punya klep apa dan gimana pasangnya?” tanya pemakai Yamaha Nouvo itu lewat SMS.<br /> Untuk <a href="http://irawatyhadi.wordpress.com/2011/07/22/tips-mio-bore-up-sdr/" title="mio bore-up">Yamaha Mio</a> yang mau turun di kelas 150 cc pakai piston 57 mm, bisa menggunakan klep beberapa tingkatan. “Tergantung letak peak power ada di rpm berapa,” timpal Ibnu Sambodo, begawan 4-tak yang minggu lalu memberikan rumusnya.<br /> (1) Klep Sonic<br />Misalnya menyesuaikan dengan klep yang tersedia di pasaran. Sebagai contoh klep Honda Sonic in 28 mm dan ex 24 mm. Herganya berkisar dari Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu. Namun risikonya harus potong batang klep lantaran kepanjangan. Kalau tidak repot comot aja merek TK, TDR atau Daytona khusus untuk Mio.<br /> Klep ukuran 28/24 ini banyak dipakai skubeker. Jika menggunakan rumus yang diberikan Ibnu minggu lalu, karakter tenaga atau peak power berkisar di 9.000 rpm. Namun pakai klep ini harus menggeser posisi sudut klep di kepala silinder.<br /> Standar Mio klep in kemiringan dari vertikal 31,5 derajat dan klep buang 35,5 derajat. Jika memakai klep Sonic, kemiringan harus dibikin lebih landai supaya tidak saling bertabrakan.<br /> Dari perhitungan menggunakan rumus sinus dan cosinus, didapat klep isap kemiringannya harus dibikin 29,1 derajat. “Klep buangnya 33,5 derajat dengan memperhitungkan jarak antar klep 4 mm.<br /> Jarak antar klep bagusnya 3-4 mm supaya mesin adem.<br /> (2) Klep EE 31/25,5 mm<br />Pilihan kedua, jika tenaga mesin mau berada di kisaran 11.000 rpm. “Bisa pakai klep berlogo EE yang diameter payung klep isap 31 dan buang 25,5 mm.<br /> Jangan lupa jarak antar klep diseting 4 mm dan sudut kemiringan klep isap 28 derajat dan buang 33 derajat. Karakter klep EE antijeber alias tidak mengembang meski menggunakan per yang keras dan kem lift tinggi.<br /> Klep ini memang batangnya lebih panjang. Konsekuensinya harus main potong supaya ukurannya sama dengan punya Mio. Namun kelebihannya diameter batang klep kecil alias sama dengan punya <a href="http://irawatyhadi.wordpress.com/2011/07/22/tips-mio-bore-up-sdr/" title="mio bore-up">Yamaha Mio</a>. Sehingga gesekan lebih ringan.<br /> Meski harus main potong batang, namun harganya lumayan ringan. Katanya sih pihak JP Racing menjualnya dengan banderol Rp 150 ribu.<br /> (3) Klep GL Pro Platina<br />Pilihan lain bisa coba klep GL-Pro platina alias tipe lama. Diameter payung klep in 31,5 mm dan ex 26 mm. Dipastikan cocok untuk mengejar tenaga di gasingan 11.500 rpm. Harganya lumayan bersahabat. Seperti buatan Indoparts yang dilego kisaran Rp 70 ribu.<br /> Untuk pemasangan klep ini Chandra yang spesialis ubah klep itu kasih bocoran. “Kemiringan klep isap dipasang 27,5 derajat, sedang kemiringan klep buang 32,5 derajat, kondisi ini jarak antar klep biar aman 5 mm,” jelas Chandra.<br /> <img alt="race_engine_mio_1" class="aligncenter size-medium wp-image-207" height="225" src="http://irawatyhadi.files.wordpress.com/2011/08/race_engine_mio_1.jpg?w=300&h=225" title="race_engine_mio_1" width="300" /><br /> Namun menggunakan klep GL-Pro meski murah ada konsekuensinya. Batang harus dipotong lantaran kepanjangan. Juga diameter batang klep lumayan gede, yaitu 5,5 mm. Bandingkan punya Mio asli hanya 5 mm.<br /> Jarak Antar Klep<br />Jarak antar klep memang tergantung dari kem. Terutama overlap dan lift. “Namun jangan kelewat jauh mematok jarak antar katup isap dan buang. Bagusnya sih 3 sampai 4 mm.<br /> Dari analisis Jesi, jika jarak antar klep 5 mm atau lebih akan berakibat mesin panas. Biasanya leher knalpot membara. Menandakan temperatur mesin tinggi.<br /> <a href="http://irawatyhadi.wordpress.com/2011/07/22/tips-yamaha-mio-bore-up/" title="antho">Stroke-up Yamaha Mio</a>.<br /> Untuk mendapatkan kapasitas silinder besar, tidak hanya ditempuh dengan cara bore up. Kini bisa juga diakali dengan stroke-up alias memperpanjang langkah seher alias piston. Tetap perlu trik khusus supaya dicapai stroke yang sangat panjang alias maksimal.<br /> Persoalannya, naik stroke abis terkendala setang piston yang dipakai dan celah pen di kruk-as hanya sedikit. “Makanya diatasi dengan memperlebar diameter bandul kruk-as dan ganti setang seher.<br /> Untuk memperpanjang langkah piston terbilang sulit. Mekanik harus memperhitungkan matang pemilihan setang seher motor apa yang mau dipakai. Apalagi perubahan ini tergantung dari pen kruk-as dan pen piston pengganti.<br /> Rasio girboks bisa dibikin setingan berat<br /> Stroke panjang di bandul yang dilas jauh dari efek melintir<br /> Puli primer lebih gede dari sekunder, untuk mengimbangi naiknya torsi<br /> Bukan cuma itu. Sisa celah antara crankcase dengan diameter luar bandul kruk-as tidak boleh luput dari perhatian. Apalagi penggantian setang seher di kruk-as dipengaruhi diameter bandul yang diperlebar dengan cara dilas sekelilingnya.<br /> Intinya, mekanik harus pintar cari tukang bubut yang pandai membesarkan diameter bandul kruk-as, membubut juga ngebalance. Sebab kalau tidak sama yang ahli, kruk-as rawan melitir.<br /> “Baru deh cari setang seher yang ideal dipasang di kruk-as dan punya diameter pen seher sama. Apalagi pembesaran diameter kruk-as selain lebih kuat juga masih bisa memajukan posisi pen kruk-as.<br /> Kini diameter kruk-as yang sudah kena las membengkak jadi 108,8 mm dari 102,8 mm (standar). Adapun setang piston yang dipilih adalah milik Suzuki TS125, RX-Z atau Ninja 150. Kebetulan dipilih Kunto dari TS125, pakai laher bambu supaya pas dengan pen 15 mm.<br /> Menggunakan setang seher TS125 menguntungkan. Sebabe pin kruk as lebih kecil. Sehingga posisi titik tengah pin bisa digeser jauh keluar. Hasilnya didapat stroke lebih panjang.<br /> <img alt="ewt" class="aligncenter size-medium wp-image-209" height="220" src="http://irawatyhadi.files.wordpress.com/2011/08/ewt.jpg?w=300&h=220" title="ewt" width="300" /><br /> Settingan Puli Dan Griboks<br />Agar stroke-up di mesin Mio seimbang dengan komponen reduksi di rumah CVT dan girboks, setingan dua komponen ini wajib disesuaikan. Diameter puli primer dibikin lebih besar daripada sekunder.<br /> Saya bikin ubahan ini ambil contoh hitungan gir reduksi sepeda. Torsi gede bila gir depan lebih besar dari belakang, yang terpaksa bikin ulang puli primer lebih besar dan ganti puli skunder kecil produk aftermarket.<br /> Lalu di sektor gigi rasio, hanya mengganti setingan girboks dengan perbandingan berat. Kalau aslinya pakai 14/45, sekarang pakai rasio 17/42.

Tips Buat Mio Bore-Up

Sangat menarik untuk merancang mesin balap skubek atau skutik Kan balap skubek baru aja dipentas dua Minggu lalu di Sentul Kecil. Bahkan kabar bagusnya, tahun depan ada 4 seri lagi. Untuk itu sebagai persiapan rasanya perl…

Baca Selengkapnya »

Kode Bearing Roda

<blockquote class="tr_bq"><div><br /></div></blockquote><blockquote class="tr_bq"><blockquote class="tr_bq"><div class="clearfix"><div class="mts uiHeaderSubTitle lfloat fsm fwn fcg"><span class="fsm fwn fcg"></span></div></div><div class="mtl fbDocument">KODE BEARING RODA DEPAN<br /> <br /> BEBEK6301 Generasi Astrea Grand, Supra X, dan Legenda, Suzuki Satria CW 120 dan Satria F-150)6201 Supra Fit sampai Karisma 125)6300 Dipakai di satu sisi generasi Suzuki Tornado, Shogun 110-125, Satria 120R dan S, Smash, Generasi Yamaha F1-Z, JupiterZ Jupiter MX 135LC, Vega, Kawasaki Kaze, Blitz, dan ZX1306200 Dipakai di satu sisi generasi Suzuki Tornado, Shogun 110- 125, Satria 120S dan 120R<br /> <br /> SKUBEK6201 Honda Vario6300 Suzuki Spin, Yamaha Mio, Nouvo<br /> <br /> MOTOR SPORT6301-RS1 Honda GL Max, GL100, GL-Pro, GL Pro Neo Tech, Mega Pro, GL Max Neo Tech, NSR150, TIGER 2000, Honda Win, Suzuki Thunder 1256301-2RS1 Honda TIGER C/W6301-Z Yamaha YT1156300-Z Suzuki A1006300-RS1 Suzuki RGR1506201-RS1 Suzuki TS125 (sebelah kiri)6201-Z Suzuki TS125 (sebelah kanan)6302-Z Suzuki Thunder 2506202 Yamaha RX-King, RX-Z, RZ-R, Kawasaki Ninja, Ninja R C/W,6202-Z Yamaha RX-S<br /> <br /> Ket:1. RS = Rubber shield (bearing ditutup sil atau karet2. Z = Bearing ditutup pelat<br /> <br /> BEARING RODA BELAKANG<br /> <br /> BEBEK6201-RS1 Honda Supra Fit, Karisma, Kirana, Supra X 1256201 (sebelah kiri dalam) Suzuki Bravo, Shogun 110, Shogun 125, Satria R, Smash (full chain case), Tornado, Satria F-1506201-Z (bagian kiri luar) Suzuki Bravo, Shogun 110, Shogun 125, Satria R, Smash, Tornado GS, Satria F-150, Kawasaki ZX1306300-Z (bagian kiri luar), Tornado GX6301-Z (bagian kanan), Suzuki Bravo, Shogun 110, Shogun 125, Satria R, Smash, Tornado GS atau GX, Satria F-150, Kawasaki ZX1306301-RS1 Honda Supra Fit, Astrea Grand, Astrea Star, Karisma, Kirana, Legenda, Supra, Supra X, Supra X 125, Yamaha F1-Z atau ZR, Sigma, Crypton, Vega, Jupiter-Z, Jupiter MX 135 LC6301-Z Yamaha F1-Z atau ZR, Sigma, Crypton, Vega, Jupiter-Z, Jupiter MX 1356202-Z Generasi Kaze dan Blitz6302-Z Generasi Kaze dan Blitz<br /> <br /> MOTOR SPORT<br /> <br /> 6302-RS1/MT Honda GL-Max dan GL- Max Neo Tech, GL100, GL-Pro dan Pro Neo Tech, Mega Pro6202-RS1/MT Honda GL-Max dan GL-Max Neo Tech GL-Pro dan Pro Neo Tech6203-RS1/MT Honda NSR150 dan TIGER 2000, Yamaha RX-125,6301-RS1/MT Honda Win, Yamaha RX-King6201-Z/C3MT (kiri) Suzuki A100 6202-Z/C3MT (kiri) RGR150, TS1256202-RS1/C3MT (kiri) Suzuki Thunder 2506302-Z/C3MT (kiri-kanan) Thunder 1256301-Z/C3MT (kanan) Suzuki A1006302-RS1/C3MT (kanan) RGR150, TS125, Thunder 2506202-RS1/MT Yamaha Scorpio6202/MT Yamaha YT115, RX-King, RX-Z, RZ-R6202-Z/MT Yamaha YT115, RX-Z, RZ-R6202/C3MT Kawasaki Ninja, Ninja R/CW6302-Z/MT Kawasaki Ninja, Ninja R/CWsumber : http://koster.indonesianforum.net/t9...depan-bbg-motoQuote:Untuk RX-King, RXZ, RZR, YT115- Kruk As : 6205-C4= 1 pcs, 6304= 1 pcs- Gir : 6304= 1 pcs</div></blockquote></blockquote><br /><br /><br /><blockquote class="tr_bq"><div><h2 class="uiHeaderTitle" tabindex="0">Spek Stang Seher</h2></div><blockquote class="tr_bq"><div class="clearfix"><div class="mts uiHeaderSubTitle lfloat fsm fwn fcg">  <span class="fsm fwn fcg"></span></div></div><b> </b><br /><b>Andika Sulis Pratama</b><br /><b> </b><br /><b>Spek Stang Seher dapaet dari omm Andre Ws ,,hehehhe makasih banya mas aku share disini hehhe ,,Spek Setang seher</b><br /><br />P : panjang<br />SP: small penBP: big pen<b>HONDA</b><br />c 70:<br />P : 91.5<br />SP : 13<br />BP : 23<br /><br />c-90<br />P : 91<br />SP : 15<br />BP : 23<br /><br />Astrea/ star/prima/grand/impresa<br />P : 94 <br />SP : 13<br />BP : 25<br /><br />Legenda<br />P : 97 <br />SP : 13<br />BP : 25<br /><br />Karisma<br />P : 100 <br />SP : 13<br />BP : 25<br /><br />CB 125<br />P : 91<br />SP : 13<br />BP : 23<br /><br />CB 100<br />P : 103<br />SP : 14<br />BP : 26<br /><br />CB-100S<br />P : 103.5<br />SP : 15<br />BP : 30<br /><br />GL 125/ 145<br />P : 103.5<br />SP : 15<br />BP : 30<br /><br />Tiger<br />P : 105.5<br />SP : 15<br />BP : 30<br /><br /><b>Yamaha</b> <br />crypton/ vega/ jupiter/ jupiter 110<br />P : 92 <br />SP : 13<br />BP : 26<br /><br />Vega ZR<br />P : 93.5<br />SP : 13<br />BP : 28<br /><br />Mio/Nouvo/ Lele<br />P : 93.5 <br />SP : 13<br />BP : 28<br /><br />MX / Vixion<br />P : 97 <br />SP : 14<br />BP : 28<br /><br />Scorpio<br />P : 100.5<br />SP : 16<br />BP : 30<br /><br />Byson<br />P : 98<br />SP : 15<br />BP : 28<br /><br />=======<br /><br />2tak<br /><br />=======<br /><br /><br />Rx king<br />P : 100<br />SP : 20/ 16<br />BP : 22<br /><br />Rx Z<br />P : 105<br />SP : 20 /16<br />BP : 22<br /><br />F-1zr<br />P : 96<br />SP : 18/14<br />BP : 20<br /><br />125 Z<br />P : 110<br />SP : 20/16<br />BP : 22<br /><br /><br /><br /><br /><b>Suzuki</b><br />Shogun<br />P : 94<br />SP : 14<br />BP : 28<br /><br />FD125XS/SHOGUN<br />P : 102.7<br />SP :14<br />BP : 28<br /><br />Raider/ FU 150 / FXR 150<br />P : 102.5<br />SP : 16<br />BP : 30<br /><br /><b>Kawasaki</b><br />Kaze<br />P : 100<br />SP : 13<br />BP : 26<br /><br />ZX 130<br />P : 100, 2<br />SP : 13<br />BP : 22<br /><br />====<br /><br />NINJA<br />P : 105<br />SP : /15<br />BP : 25<br /><br />KR 150<br />P : 104<br />SP : 19 /<br />BP : 22<br /><br />BAJAJ<br />PULSAR 180<br />P : 104<br />SP : 17<br />BP : 30</blockquote><br /><br /><b>  </b></blockquote><blockquote class="tr_bq"><h2> <b>SPEK BLOK SEHER </b></h2><br /><br /><blockquote class="tr_bq"><b>panjang / diameter boring / piston</b><br /><br /><br />Honda<br />Astrea Grand : 69 mm / 54.3 / 50<br />Astrea Legenda : 73.5mm / 53.4 /50<br />Astrea Mocin 115 (yg seri stroke 55) : 77mm / 58 / (51.5 - 52.25 )<br />Karisma/Kirana/supra X 125 : 71.5mm / 58 / 52.4<br />Blade / Revo : / / 50<br />Beat : / / 50<br />Vario : / / 50<br /><br />------<br /><br />GL 100 : / / 52<br />GL 125 : / / 56.5<br />GL 145 : / / 61<br />GL 160 / megapro : / / 63.5 dome<br />Tiger : / / 63.5</blockquote></blockquote><br /><br /><br /><br /><blockquote class="tr_bq"><div><h2 class="uiHeaderTitle" tabindex="0"> Ukuran Pen Big End</h2></div></blockquote><blockquote class="tr_bq"><blockquote><div class="clearfix"><div class="mts uiHeaderSubTitle lfloat fsm fwn fcg"><span class="fsm fwn fcg"><br /></span></div></div><div class="mtl fbDocument">- honda 70,800 = 23mm- honda 90 , vario = 26mm- Honda supra,grand,karisma,sonic,beat= 25- honda cs 1 = 28mm- yamaha cripton,vega jupiter = 26mm- yamaha scorpio = 30mm- yamaha vega ZR , mio = 28mm- yamaha F 1z , robot = 20mm- yamaha Rxk,rxs = 22mm- yamaha family 70cc = 18mm- yamaha mx = 28mm- vespa = 18 , 22mm- suzuki sky wave,smash,shogun 110,125 = 28mm- Suzuki satria,tornado,ts 2 tak = 19mm- suzuki satria fu = 30mm- Tvs apace = 28mm- kawasaki klx 150 = 28mm- kawasaki kaze = 22mm</div></blockquote>  </blockquote><blockquote><span style="font-size: medium;"><b> Dimensi Klep Sonic </b></span></blockquote><blockquote><blockquote>Panjang : 74mm<br />Diameter as : 5mm<br />Diameter klep in : 28mm<br />Diameter klep ex : 24mm </blockquote></blockquote><br /><br /><blockquote><span style="font-size: medium;"><b>Dimenssi Klep Smash</b></span></blockquote><blockquote><blockquote>Panjang : 67mm<br />Diameter as : 5mm<br />Diameter klep in : 25mm<br />Diameter klep ex : 22mm </blockquote></blockquote><br /><span style="font-size: medium;"><b>       Dimensi Klep Shogun 125/Spin125</b></span><br /><blockquote><blockquote class="tr_bq">Ukuran payung klep shogun 125 FL Series:<br />Panjang : 72mm<br />Diameter as : 5mm<br />Diameter klep in : 25mm<br />Diameter klep ex : 22mm </blockquote></blockquote><br /><blockquote><h2 class="details-title"> <span style="font-size: medium;">Komparasi Per Klep Honda Blade, Aftermarket   Lebih Kuat ?</span></h2><blockquote class="tr_bq"><div class="details-content-content"><div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><img border="0" src="http://www.otomotifnet.com/spaw/uploads/image/Kanal%20MOTOR/Test/2010/Desember/20101202PerKlepBlade_Lead.jpg" /> </div><br /><span style="font-weight: bold;">OTOMOTIFNET</span> - Seiring makin banyaknya pengguna Honda Blade di arena balap, kian banyak pula komponen racing yang beredar. Salah satunya per klep. Cukup banyak merek yang menyediakan, di antaranya ada Per Klep Jepang, WRD, 3D1 dan Per XX. <br /><br />Penggunaan per klep racing di arena balap memang sangat diperlukan. “Untuk mencegah terjadinya floating,” terang Erwin Akiang, mekanik tim Honda Aries Putra. Kalau floating, risiko paling buruk klep bertabrakan dengan piston, patah deh. <br /><br /><table align="right" border="1" cellpadding="2" cellspacing="2" style="width: 270px;"><tbody><tr> <td style="text-align: justify;"> <img border="0" src="http://www.otomotifnet.com/spaw/uploads/image/Kanal%20MOTOR/Test/2010/Desember/20101202PerKlepBlade_Lead1.jpg" /> <br /><div style="text-align: center;">  <span style="font-size: xx-small;"><span style="font-weight: bold;">Pengukuran tekanan menggunakan alat khusus merek Imada</span></span> </div></td> </tr></tbody> </table>Hal ini dikarenakan mesin balap bisa berkitir tinggi. Jika tetap pakai per standar, dipastikan saat putaran tinggi klep tak menutup sesuai timing noken as, karena terlambat menutup lantaran per keburu lemas. <br /><br />Makanya per-per ini kurang cocok untuk mesin standar. “Malah enggak lari, karena tenaga malah habis untuk menekan per,” wanti Akiang, sapaan mekanik yang bermarkas di Ciputat, Tangerang ini. Kerugian lain menurutnya, seating dan ujung batang klep akan mudah aus. <br /><br />Nah gimana performa per-per aftermarket di atas? Untuk mengetahuinya kami menguji langsung. Parameter yang diukur ada dua, yaitu daya tekan dan daya tahan. <br /><br />Daya tekan berhubungan dengan kekuatan per menekan klep, untuk kembali ke posisi semula. Sedang daya tahan pasti berhubungan sama keawetan. Jika punya daya tahan tinggi tak perlu sering-sering ganti. Juga saat balap dari awal sampai bendera finish dikibarkan, performa mesin stabil. <br /><br />Untuk mengetahui daya tekan, kami gunakan alat pengukur tegangan klep, mereknya Imada dengan satuan Kgf. Pengukuran dengan mengepres per hingga menyisakan panjang mirip saat terpasang di motor ketika ditekan kem. <br /><br />Kali ini ditekan hingga sisa 18,6 mm. Karena saat per terpasang, panjangnya jadi 25,7 mm, nah diasumsikan pakai kem dengan lift 7,1 mm maka sisanya 18,6 mm. Oh iya, jika dibalap lift-nya bisa lebih dari itu. Per standar tekanannya 30,5 Kgf. <br /><br />Sedang daya tahan dites dengan dipres pakai tanggem. Sesuai saran Akiang, juga dari Edi Karyadi, pemilik merek 3D1, “Daya tahan paling gampang ya dicatok pakai tanggem.” Kali ini dilakukan selama 2 jam. Sebenarnya lebih afdol jika terpasang langsung di motor, karena ada efek panas mesin juga. Nah ini kita agendakan untuk edisi yang akan datang. <br /><br /><div style="text-align: center;"><img border="0" src="http://www.otomotifnet.com/spaw/uploads/image/Kanal%20MOTOR/Test/2010/Desember/20101202PerKlepBlade_Lead2.jpg" /> </div><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;"><span style="font-size: xx-small;">Tekanan diukur dengan kondisi mirip di dalam mesin saat lift maksimal. Biar presisi, pengukuran fisik per pakai sigmat digital</span></span> </div><br />Namun sebelum diukur kedua hal itu, juga dicek kondisi fisiknya. Yaitu dari panjang per, diameter batang per, juga banyaknya ulir. <br /><br />Ketiga hal itu berhubungan sama performa per. Makin panjang dan makin besar ulir per, maka daya tekan makin besar. Sedang jumlah ulir berhubungan dengan daya tekan maksimal, makin banyak maka kian pendek jarak mainnya. Data fisik silakan amati tabel. <br /><br /><span style="font-weight: bold;">Per Klep Jepang</span> <br /><br /><table align="left" border="1" cellpadding="2" cellspacing="2" style="width: 134px;"><tbody><tr> <td style="text-align: justify;">  <img border="0" src="http://www.otomotifnet.com/spaw/uploads/image/Kanal%20MOTOR/Test/2010/Desember/20101202PerKlepBlade_LeadJ.jpg" style="height: 79px; width: 134px;" /> <br /><div style="text-align: center;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-weight: bold;">Per Klep Jepang</span></span>  <span style="font-size: xx-small;"><span style="font-weight: bold;"> </span></span> </div></td> </tr></tbody> </table>Termasuk favorit di balap. Lantaran terkenal kuat dan tahan lama. Awalnya merupakan hasil riset mekanik Suzuki, Akutagawa San. Makanya jika dipasang di Blade, topi klep mesti dibubut atau pakai punya Smash. <br /><br />Per yang dijajakan berkisar Rp 450-650 ribu ini, saat dipress pakai alat hingga sisa 18,6 mm mampu memberi tekanan hingga 48,5 Kgf. Sedang setelah dipres panjangnya tetap 30,5 mm. <br /><br /><span style="font-weight: bold;"> <br />WRD</span> <br /><br /><table align="right" border="1" cellpadding="2" cellspacing="2" style="width: 123px;"><tbody><tr> <td style="text-align: justify;">  <img border="0" src="http://www.otomotifnet.com/spaw/uploads/image/Kanal%20MOTOR/Test/2010/Desember/20101202PerKlepBlade_LeadW.jpg" style="height: 79px; width: 123px;" /> <br /><div style="text-align: center;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-weight: bold;">WRD</span></span>  <span style="font-size: xx-small;"><span style="font-weight: bold;"> </span></span> </div></td> </tr></tbody> </table>Paling jelas diameter ulir sama dengan per standar, 6,25. Makanya lift maksimal terbatas. Terbukti saat diukur daya tekannya, antar ulir hampir mentok. Diameter dalam juga lebih kecil dari standar, maka harus ada ubahan di topi klep. <br /><br />Harganya cukup terjangkau, hanya Rp 90 ribu. Daya tekan tercatat 43 Kgf. Dan setelah dipres panjangnya berkurang 0,07 mm. <br /><br /><span style="font-weight: bold;">3D1</span> <br /><br /><table align="left" border="1" cellpadding="2" cellspacing="2" style="width: 101px;"><tbody><tr> <td style="text-align: justify;">  <img border="0" src="http://www.otomotifnet.com/spaw/uploads/image/Kanal%20MOTOR/Test/2010/Desember/20101202PerKlepBlade_Lead3D.jpg" style="height: 65px; width: 101px;" /> <br /><div style="text-align: center;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-weight: bold;">3D1</span></span>  <span style="font-size: xx-small;"><span style="font-weight: bold;"> </span></span> </div></td> </tr></tbody> </table>Menurut Edi, produknya ini sengaja untuk menyaingi per klep Jepang. Keunggulan yang ditawarkan mampu melayani lift klep hingga 12 mm, karena jumlah ulir yang lebih sedikit dan diameter lebih kecil. Dijajakan Rp 350 ribu. Daya tekan termasuk bagus, mencapai 40 Kgf dengan sisa jarak main masih banyak. Namun setelah ditekan selama dua jam terjadi penurunan 0,32 mm. <br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;"> <br />Per XX</span> <br /><br /><table align="right" border="1" cellpadding="2" cellspacing="2" style="width: 101px;"><tbody><tr> <td style="text-align: justify;">   <img border="0" src="http://www.otomotifnet.com/spaw/uploads/image/Kanal%20MOTOR/Test/2010/Desember/20101202PerKlepBlade_LeadX.jpg" style="height: 64px; width: 100px;" /> <br /><div style="text-align: center;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-weight: bold;">XX</span></span>  <span style="font-size: xx-small;"><span style="font-weight: bold;"> </span></span> </div></td> </tr></tbody> </table>Pendatang baru yang juga untuk menandingi per klep Jepang, klaimnya juga diriset di negeri Matahari Terbit. Untuk menemukannya masih sulit, lantaran memang baru akan diedarkan oleh R59, yang punya workshop di Ciputat, Tangerang. <br /><br />Pressure yang mampu diberikan saat diukur mencapai 46,25 Kgf. Sisa main per pun masih banyak. Untuk daya tahan ada penurunan 0,06 mm. <br /><br /><span style="font-weight: bold;">KESIMPULAN</span> <br /><br />Per klep aftermarket punya daya tekan dan daya tahan yang jauh lebih besar dari standarnya, hal ini untuk mengimbangi mesin balap yang mampu berkitir tinggi. Namun untuk lebih meyakinkan mesti diuji pada motor secara langsung. Nah tunggu saja kelanjutan tes ini. <br /><br /><table border="1"><tbody><tr> <td colspan="6" style="background-color: #fedcba; font-weight: bold;"> Data Fisik Per       </td> </tr><tr> <td><br /></td> <td style="font-weight: bold;"> Panjang</td> <td style="font-weight: bold;"> Ulir </td> <td style="font-weight: bold;"> Tekanan   </td> <td style="font-weight: bold;"> Ulir </td> <td style="font-weight: bold;"> Setelah Diproses  </td> </tr><tr> <td style="font-weight: bold;"> Standar</td> <td> 30.25 mm </td> <td> 2.8 mm </td> <td> 30.5 Kgf </td> <td> 6.25</td> <td> 30.24 mm </td> </tr><tr> <td style="font-weight: bold;"> Jepang</td> <td> 30.5 mm </td> <td> 3.1 mm</td> <td> 48.5 Kgf</td> <td> 6.25</td> <td> 30.5 mm </td> </tr><tr> <td style="font-weight: bold;"> WRD</td> <td> 32.38 mm </td> <td> 2.91 mm </td> <td> 43 Kgf</td> <td> 6.25</td> <td> 32.31 mm </td> </tr><tr> <td style="font-weight: bold;"> 3D1</td> <td> 31.5 mm </td> <td> 2.88 mm </td> <td> 40 Kgf</td> <td> 5</td> <td> 31.18 mm </td> </tr><tr> <td style="font-weight: bold;"> XX</td> <td> 30.44 mm </td> <td> 3 mm </td> <td> 46.25 Kgf</td> <td> 5</td> <td> 30.38 mm </td> </tr></tbody> </table>Source:http://motorplus.otomotifnet.com/read/2010/12/08/314152/105/13/Komparasi_Per_Klep_Honda_Blade__Aftermarket_Lebih_Kuat__</div></div></blockquote></blockquote><blockquote><blockquote><div class="details-content-penulis">Penulis : Aant | Teks Editor : AZ | Foto : Aant</div></blockquote></blockquote><span class="post-author vcard"></span><span class="post-timestamp"></span><span class="post-comment-link"></span><span class="post-icons"><span class="item-action"><a href="http://www.blogger.com/email-post.g?blogID=7533363690051481411&pageID=6311201292627389777" title="Email Page"><img alt="" class="icon-action" height="13" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_email.gif" width="18" /></a><a href="http://www.blogger.com/email-post.g?blogID=7533363690051481411&pageID=6311201292627389777" title="Email Page"></a></span></span>

Kode Bearing Roda

KODE BEARING RODA DEPAN BEBEK6301 Generasi Astrea Grand, Supra X, dan Legenda, Suzuki Satria CW 120 dan Satria F-150)6201 Supra Fit sampai Karisma 125)6300 Dipakai di satu sisi generasi Suzuki Tornado, Shogun 110-125, Satria 120R dan S, Smash, Ge…

Baca Selengkapnya »